SALAH satu masalah yang dikemukakan guru dalam rapat bulanan, November 2015 (12/11) adalah persoalan 'susah bangun' bagi beberapa orang siswa. Itu salah satu masalah hasil evaluasi pelaksanaan ujian tengah semester (mid semester) ganjil 2015/ 2016 SMA Negeri 3 Karimun. Ada tiga guru wali kelas dari 13 orang wali kelas yang menyampaikan permasalahan susah bangun dalam rapat bulanan ini. Dengan agenda rapat Evaluasi Pelaksanaan Mid Semester, kepada setiap guru memang diminta memberikan laporan tentang berbagai permasalahan siswa di kelasnya pasca pembagian rapor mid semester, jika masalah itu dapat menghambat kemajuan pembelajaran siswa.
Perihal nilai, semua wali kelas melaporkan bahwa siswa di kelasnya sudah memenuhi ketuntasan minimal sesuai KKM. Bahkan nilainya melebih standar KKM yang ditetepkan. Dari banyak kasus absensi dan kasus siswa terlambat, akhirnya disimpulkan bahwa masalah itu pada umunya disebabkan oleh keterlambatan bangun para siswa pada pagi harinya. Walaupun kasus itu sudah melibatkan orang tua atau wali siswa untuk mengatasinya, ternyata semua orang tua yang anaknya bermasalah dengan kasus 'terlambat kehadiran', orang tuanya mengatakan penyebabnya adalah 'susah bangun' itu tadi. Orang tua rata-rata mengaku kesulitan mengatasi persoalan susah bangun anak-anaknya.
Ketika wali kelas menjelaskan hasil konsultasinya dengan setiap orang tua yang anaknya bermasalah dengan susah bangun tidur, ternyata semua orang tua menyimpulkan bahwa anaknya memang susah bangun. Katanya tidak bisa, atau tidak mudah untuk bangun pagi. Akibatnya para siswa itu tetap atau selalu terlambat datang ke sekolah. Sayang, memang hanya dengan alasan tidak bisa bangun harus terlambat datang ke sekolah.
Dalam diskusi dan perdebatan rapat bulanan itu, akhirnya semua guru meyakini bahwa sesungguhnya siswa tidak bisa bangun pagi bukanlah karena karena susah bangun. Pada dasarnya tidak mungkin tidak bisa bangun jika sudah dibangunkan oleh orang tuanya. Lalu? Inilah kesimpulan rapat, penyebabnya siswa tidak bisa bangun adalah karena sesungguhnya siswa itu sudah bangun setelah dibangunkan oleh orang tuanya.
Hanya saja karena ada rasa malas saja makanya siswa yang menurut orang tuanya susah bangun itu, tidak 'bangun' alias tidak kunjung bergerak dari tempat tidur. Mustahil orang tidak bisa bangun. Sebaliknya orang yang tidak bangun itu sesungguhnya dia sudah tidak tidur lagi. Dia sudah sadar dari tidurnya namun tetap ingin di kasur karena sifat malas itu saja. Jadi, tidak mungkin seseorang akan bangun lagi karena sesungguhnya dia sudah terbangun.
Strategi yang harus dijalankan adalah mengatasi sifat dan sikap pemalas itu. Bukan pada tidak mau bangunnya. Ubah cara pandangnya, berikan motivasi pentingnya bangun pagi dan tentu saja pentingnya sekolah. Belajar yang dijalani di sekolah adalah cara yang benar untuk mempersiapkan masa depan. Kegelapan masa depan sudah pasti akan dialami oleh setiap orang yang tidak berpendidikan dan berketerampilan. Ke sekolah dan belajar di sekolah adalah cara yang benar untuk berpendidikan dan berketerampilan.
Pandangan inilah yang mesti diberikan kepada siswa tersebut. Jangan lagi katakan bahwa dia tidak bisa bangun. Yang benar bahwa dia memang tidak akan bangun karena merasa tidak ada gunanya bangun. Manfaat utama dari bangun pagi adalah agar kesempatan ke sekolah tidak terlewatkan. Padahal manfaat ke sekolah sama sekali tidak ada dalam pikirannya. Jadi, karena merasa tidak perlu ke sekolah maka artinya tidak ada juga gunanya bangun pagi.
Bagi orang tua dan guru, bukan bangun paginya yang menjadi persoalan pokok tapi meyakinkan perlunya bangun pagi itulah yang sangat penting. Mengapa perlu? Karena waktu-waktu seperti itu orang harus ke sekolah, sementara ke sekolah itu sangatlah penting karena akan menentukan cerah-tidaknya masa depan seseorang. Susah bangun pagi? Itu karena belum yakin ada gunanya bangun pagi. Maka
Dalam diskusi dan perdebatan rapat bulanan itu, akhirnya semua guru meyakini bahwa sesungguhnya siswa tidak bisa bangun pagi bukanlah karena karena susah bangun. Pada dasarnya tidak mungkin tidak bisa bangun jika sudah dibangunkan oleh orang tuanya. Lalu? Inilah kesimpulan rapat, penyebabnya siswa tidak bisa bangun adalah karena sesungguhnya siswa itu sudah bangun setelah dibangunkan oleh orang tuanya.
Hanya saja karena ada rasa malas saja makanya siswa yang menurut orang tuanya susah bangun itu, tidak 'bangun' alias tidak kunjung bergerak dari tempat tidur. Mustahil orang tidak bisa bangun. Sebaliknya orang yang tidak bangun itu sesungguhnya dia sudah tidak tidur lagi. Dia sudah sadar dari tidurnya namun tetap ingin di kasur karena sifat malas itu saja. Jadi, tidak mungkin seseorang akan bangun lagi karena sesungguhnya dia sudah terbangun.
Suasana Rapat Bulanan |
Strategi yang harus dijalankan adalah mengatasi sifat dan sikap pemalas itu. Bukan pada tidak mau bangunnya. Ubah cara pandangnya, berikan motivasi pentingnya bangun pagi dan tentu saja pentingnya sekolah. Belajar yang dijalani di sekolah adalah cara yang benar untuk mempersiapkan masa depan. Kegelapan masa depan sudah pasti akan dialami oleh setiap orang yang tidak berpendidikan dan berketerampilan. Ke sekolah dan belajar di sekolah adalah cara yang benar untuk berpendidikan dan berketerampilan.
Pandangan inilah yang mesti diberikan kepada siswa tersebut. Jangan lagi katakan bahwa dia tidak bisa bangun. Yang benar bahwa dia memang tidak akan bangun karena merasa tidak ada gunanya bangun. Manfaat utama dari bangun pagi adalah agar kesempatan ke sekolah tidak terlewatkan. Padahal manfaat ke sekolah sama sekali tidak ada dalam pikirannya. Jadi, karena merasa tidak perlu ke sekolah maka artinya tidak ada juga gunanya bangun pagi.
Bagi orang tua dan guru, bukan bangun paginya yang menjadi persoalan pokok tapi meyakinkan perlunya bangun pagi itulah yang sangat penting. Mengapa perlu? Karena waktu-waktu seperti itu orang harus ke sekolah, sementara ke sekolah itu sangatlah penting karena akan menentukan cerah-tidaknya masa depan seseorang. Susah bangun pagi? Itu karena belum yakin ada gunanya bangun pagi. Maka
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda