BREAKING NEWS

Selasa, 08 Desember 2015

Menanti Pilkada Serentak: Memilih dengan Hati

UNTUK pertama kali dalam sejarah Pemilu (Pemilihan Umum) di Republik Indonesia akan diadakannya pemilihan secara serentak untuk menentukan pemimpin daerah, baik gubernur/ wakilnya maupun bupati/ wakilnya dan atau wali kota/ wakilnya pada Rabu (9/12/15) nanti. Sejak rakyat diberi kebebasan memilih pemimpinnya --dari presiden hingga ke bupati/ wali kota sesuai bunyi undang-undang-- secara langsung, lazimnya pemilihan Kepala Daerah (Kada) dilaksanakan sesuai kebutuhan daerah masing-masing. Kapan waktunya, tergantung masa jabatan di daerah tersebut. Tapi tahun 2015 ini akan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia.

Dengan keluarnya Undang-undang No 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-undang No 01 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota Menjadi Undang-undang maka rakyat Indonesia akan memilih secara serentak orang-orang yang akan dipercaya memimpin di daerah masing-masing. Rakyat akan mencari sosok terbaik dari orang-orang terbaik yang telah diloloskan KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai kandidat untuk dipilih rakyat.

Tentu saja akan berbeda nuansa Pilkada kali ini berbanding Pilkada sebelum-sebelumnya. Bayangkan seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai hak suara, pada hari yang sama akan bersama-sama memilih pemimpin daerahnya, baik gubernur (yang akan menerajui provinsi) maupun bupati dan atau wali kota (yang akan memimpin kabupaten/ kota) di daerahnya. Kurang lebih 200-an juta rakyat itu akan tumpah-ruah ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang terdekat di tempat tinggal masing-masing. Lalu apa yang harus dipersiapkan?

Menanti Pilkada serentak tersebut, tentunya tidak ada yang istimewa. Seperti juga Pilkada-pilkada masa lalu, kita datang dengan membawa undangan atau tanda lain (KTP, dll) yang dapat dipakai sebagai bukti kepemilikan hak pilih. Lalu masuk ke bilik suara setelah mendapat giliran dari panitia. Lalu kita pilih (coblos) gambar pasangan calon yang kita pandang layak. Jadi, biasa-biasa saja. Tapi sesungguhnya tetap ada yang istimewanya, karena semua kita di seluruh Indonesia secara bersama-sama akan hadir di tempat pemungutan suara (TPS). Lalu apa yang akan dipersiapkan? Maka tidak ada yang akan dipersiapkan kecuali mempersiapkan hati. Hanya hati dan hati-hati itu saja yang perlu dipersiapkan menghadapi Pilkada Serentak ini. Kok hati? Ya, karena keistimewaan Pilkada ini, salah satunya adalah bahwa kita harus memilih dua calon pasangan pemimpin sekaligus: gubernur dan bupati/ wali kota.

Ketika akan memilih gubernur sudah akan ada dua atau lebih alternatif pilihan. Agar suara kita sah untuk memilih gubernur dan wakilnya, kita hanya boleh memilih salah satunya. Jika dicoblos kesemua calonnya, jelas suara kita hangus alias tidak sah. Begitu pula untuk menentukan pilihan pasangan bupati atau wali kota, milsanya. Kita juga hanya boleh memilih salah satu pasangan yang sudah ditetapkan KPU. Nah, perlu hati dan hati-hati. Di sini saja sudah akan terasa kesulitan atau keraguan memilih karena pilihannya bukan antara pasangan calon tapi juga karena ada dua pasangan yang akan dimenangkan. 

Selain itu, keraguan juga akan lebih kuat datangnya dari calon dan timnya yang bisa jadi setiap hari mengganggu pikiran. Mengingat harapan menangnya yang menggebu-gebu, maka calon dan atau tim pemenangannya akan terus merayu agar memilih dirinya atau calon yang dijagokannya. Jika saja pemegang hak suara (masyarakat) tidak kuat menahan berbagai godaan itu, akan runtuh dan rusaklah pilihannya nanti. Jadi, perlu hati dan kehatia-hatian dalam pemilihan. Kemungkinan itu jelas karena Pilkadanya serentak, dan tim-tim pemenangan pasangan akan bekerja lebih giat lagi karena pilihan yang banyak itu.

Sekali lagi, di sinilah perlunya hati dan kehati-hatian. Hati masing-masinglah yang akan memberi jawaban dan arahan, siapa yang akan dipilih di bilik suara nanti. Mari kita berikan hak suara kita dan kita pilih pemimpin kita yang benar-bvenar layak dan pantas memimpin kita dalam lima tahun ke depan. Sebagai orang beragama, jika kita menjadikan kriteria keberagamaannya sebagai dasdar memilihnya, itu tidak salah. Misalnya, sebagai muslim cenderung memilih yang kuat agama, rajin solatnya, suka membantu masyarakat dengan harta dan kekuasannya, dst... itu sangat bagus. Dan jika sebagai kristiani, cernderung memilih yang rajin ke gereja, itu juga bagus. Yang penting, jangan sampai tidak memberikan hak suaranya dan jangan pula sampai salah memilihnya. Mari kita pilih dengan hati nurani yang bersih.***

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.