PADA Ramadhan 1436 (2015) ini saya mendapat tugas santapan rohani Ramadhan yang lumayan banyak berbanding tahun-tahun sebelumnya. Dari 29 malam yang tersedia dalam satu bulan, saya mendapat jadwal sebanyak 25 malam. Hanya ada empat malam saja yang kosong. Pada malam 17, biasanya semua masjid/ musolla/ surau memang akan dikosongkan karena bertepatan dengan peringatan Nuzul Alquran.
Setiap memulai tausiah saya selalu mengucapkan terima kasih, baik kepada pengurus PMKK yang memberi tugas kepercayaan untuk berdakwah maupun kepada pengurus masjid/ musolla/ surau yang menerima kehadiran saya. Merasa perlu bersyukur karena mendapat amanah dari lembaga pemberi tugas dan merasa diterima di tempat bertugas. Sikap ini tentu penting dimiliki oleh orang yang berposisi seperti saya ketika hadir di tengah-tengah mereka (jamaah).
Di setiap masjid/ musolla/ surau yang saya hadiri, pasti pembuka katanya dengan topik silaturrahim. Apalagi buat suarau atau masjid yang baru pertama kali saya kunjungi, pencerahan silaturrahim ini sangat penting. Selalu akan saya awali dengan pentingnya bersilaturrahim di setiap kali saya memulai ceramah. Setelah itu baru masuk ke teman yang sudah saya siapkan sejak dari rumah.
Pada buku jadwal 'santapan rohani ramadhan' yang saya terima ada kurang lebih 130-an masjid/ musolla/ surau yang terdaftar di tiga kecamatan se-Pulau Karimun. Setiap muballigh didaftarkan di setiap kecamatan sesuai domisili mubaliigh tersebut. Ada sebanyak 116 orang muballigh yang terdaftar pada jadwal itu dengan domisili di masing-masing kecamatan (Karimun, Meral, Meral Barat dan Tebing).
Di Kecamatan Meral (tempat saya berdomisili) ada 32 muballigh dengan 39 masjid/ musolla/ surau. Para da'i/ da'iyah inilah yang disebar ke masjid/ musolla/ surau yang berada di Meral. Saya sendiri mendapat jadwal tugas di 15 tempat yang belum termasuk jadwal khusus: safari MUI di tiga kecamatan lainnya. Lalu di beberapa malam yang kosong, oleh beberapa rumah ibadah meminta saya juga mengisi di tempatnya. Maka jadilah jadwal saya itu sebanyak 25 malam dalam satu bulan. Saya hanya mengucapkan alhamdulillah, dipercaya; tapi juga innalillah... karena ini amanah.
Mengapa wajib mendahulukaan slaturrahim? Karena apapun yang akan disampaikan, pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari hubungan silaturrahim. Antara penceramah dengan jamaah, perlu ada hubungan silaturrahim agar materi ceramahnya muda disampaikan dan mudah pula dipahami. Antara sesama jamaah juga harus mempunyai hubungan silaturrahim karena yang namanya satu masjid/ musolla/ surau tentulah harus bersatu dalam satu rumah ibadah tersebut.
Lebih dari segalanya, kewajiban menyambung dan membina silaturrahim adalah sesuatu yang menjadi kunci pokok dalam keberagamaan seseorang. Allah bahkan memerintahkan untuk saling bersilaturrahim antara satu mukmin dengan mukmin lainnya. Jadi, inti dakwah dan dakwah utama itu sebenarnya adalah jalinan silaturrahim itu sendiri.***
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda