BREAKING NEWS

Selasa, 12 Januari 2016

Sekolah dan Koruptor



SESEORANG bernama Siswa disuruh oleh seseorang bernama Guru. Guru menyuruh membuat karya tulis secara spontan. Temanya, yang lagi hangat saat ini, tentang korupsi. Jelasnya bagaimana memberantas korupsi di negeri yang dasar bernegaranya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang mengutamakan agama. Rakyat negara mengartikan dasar Negara itu sebagai agama, tentu tidak salah. Rakyat Negara ini mengakui agama. Rakyat merasa diwajibkan beragama. Rakyat juga diberi tahu bahwa Agama mengharamkan perbuatan korupsi. Nyatanya korupsi terus ada dan berkembang maju.

Guru termenung. Obsesinya agar siswa bisa menulis adalah satu masalah yang menjadi renungan. Yang membuat kepalanya pusing dan serasa pecah karena si Siswa tidak bisa juga menulis seperti yang dia inginkan. Masalah topik dan tema tulisan apa yang akan ditulis adalah masalah lain sebenarnya.

Mulut Guru seperti komat-kamit. Ditilik dari dasar bernegara yang meyakini adanya Tuhan dalam kehidupan, rasanya tidak akan ada masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum seperti melakukan korupsi uang negara yang sesungguhnya uang rakyat.  Rakyat negeri ini percaya betul kalau Tuhan mengharamkan perbuatan korupsi. Tuhan pasti mengutuk dan mengancam dengan azab-Nya kalau melakukan pelanggaran hukum seperti melakukan korupsi,

Tapi nyatanya, di negeri tercinta ini tidak sulit menemukan manusia-manusia yang melanggar hukum. Baik hukum dalam berbangsa dan bernegara maupun hukum yang diatur Tuhan. Orang sepertinya tidak takut dosa, sama dengan tidak takutnya dengan hukuman dunia yang diatur manusia. Maka bermaharaja-lelalah pengkhianat-pengkhianat rakyat yang melakukan korupsi.

Duri-duri tajam serasa menusuk jalan pikiran  Guru. Siswa yang sedari tadi ditatap dengan lembut penuh kasih tiba-tiba menghilang. Pandangan Guru serasa gelap. Guru benar-benar merasa tidak melihat Siswa sedikitpun. Nanar. Kemana dia? Kemana Siswa bersembunyi? Apa dia tidak mau melaksanan tugas yang akan saya berikan?

Guru ini, ingin sekali siswanya memikirkan masalah korupsi. Berbuat sedikit untuk memberantas korupsi. Kalau memberantas korupsi dimulai dari bangku sekolah, mana tahu suatu hari nanti –setelah pengkhianat dan pencoleng uang rakyat sekarang ini sudah pada mampus– tak ada lagi orang korupsi. Jadi, tema karangan hari ini sengaja dipilih tentang korupsi. Tentang bagaimana membasmi korupsi.
“Ayo, bersiap. Jangan ada yang menolak praktik hari ini. Tema juga saya yang menentukan kali ini. Anda sudah terlalu bebas selama ini,” Guru agak bersuara keras berbanding biasanya. Apakah Guru geram dengan banyaknya episode kisah korupsi saat ini?

Di Koran, di majalah dan di televise banyak sekali berita korupsi. Dia membaca birokrat banyak sekali lagi menjadi tersangka korupsi. Dia menghitung ada tujuh belas orang gubernur yang sudah diproses karena diduga menilep uang rakyat. Berarti hampir enam puluh persen dalam Negara ini yang korupsi. Dan berapa orang bupati? Dia bertanya di hati.

Berulang-ulang Guru memantapkan pikirannya. Dia harus menyuruh Siswa menulis tentang tema ini.
Akhirnya si siswa berpikir membuat karangan dengan judul “Sekolah Tempat Belajar Koruptor”. Haah? Tentu saja gurunya kaget, ketika mengetahui judul itu tidak sopan, menurut versi sang guru. Mana mungkin ada sekolah tempat belajarnya para koruptor? Atau mana ada orang belajar bagaimana melakukan korupsi di sekolah? Judul yang dipikirkan siswa ini berbahaya, pikir guru. Judul itu tidak harus seperti itu.

Si siswa bertahan dengan judul itu, ketika sang guru mempersoalkannya. Menurut guru judul itu rada memfitnah. Tapi siswa ngotot, “Ini tidak akan berisi fitnah,” bantahnya mempertahankan. Dia ingin terus menulis dengan judul yang sudah dia buat. Menurutnya, itu sudah sesuai dengan yang diminta sang guru. Akhirnya, gurunya mengizinkan meneruskan menulis karangan itu. Kata guru dalam hatinya, anak memang harus kreatif dan imajinatif. Hanya di lubuk hatinya, ada risau dan galau.

Dengan lancar si siswa menulis tentang seluk-beluk korupsi. Bagaimana korupsi sampai terjadi. Tapi begitu panjang karya tulis si siswa, guru hanya membaca dua kesimpulan terakhir dari karangan itu yang menjelaskan, bagaimana hubungan sekolah dengan korupsi. Kesimpulan ini pun sang guru yang membuatnya.
Kalau begitu, anak ini pasti ingin membuat kesimpulan begini, 1) Semua koruptor yang ada sekarang, baik yang sudah tertangkap maupun belum; baik yang sudah dipenjara karena tak sanggup menyogok polisi, hakim dan jaksa maupun yang bebas berkeliaran karena  mampu menyuap penjaga penjara, itu semua dulu adalah produk sekolah. Artinya dia memang menjadi koruptor karena sekolah.

Kesimpulan lain yang terbaca guru di akhir tulisan itu adalah, 2)  bahwa di sekolah memang banyak korupsi terjadi, yakni guru-guru yang memberi nilai siswa tidak sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Siswa bodoh tetap saja diberi nilai lulus. Guru-guru juga membohongi masyarakat dengan tidak mengajar dengan benar tapi tetap saja menerima gaji setiap awal bulan. Ho ho ho.

Wah, terang saja sang guru emosi membaca kesimpulan tulisan itu. Ini tidak mungkin, keluhnya. Tapi tulisan itu terlanjur diinput ke blog si siswa yang memang sudah merupakan media pembelajaran menulis di sekolah itu. Maklum, di sekolah ini penggunaan internet sudah menjadi syarat seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan si guru sudah terbiasa menyuruh siswa menulis di blog masing-masing. Nanti guru akan membaca dan memeriksa tulisan itu dari rumah saja. Dan itu bukan korupsi menurut guru. Kerja sekolah dibuat di rumah tidak berdosa, katanya.
Tapi kali ini gurunya menyesal menyuruh menulis langsung di blog. Pasti seluruh dunia tahu kalau di sekolah ini korupsi nilai masih terus meraja-lela. Memang jadi susah, katanya dalam hati. Giginya gemercik karena geram. “Jangan-jangan siswa ini masih melanjutkan cerita korupsi lain yang ada di sekolah ini,” kata sang guru dengan khawatir sekali.

Ketika bel berbunyi tanda jam pelajaran itu usai, sang guru lupa menyuruh siswa untuk berhenti bekerja. Dia ngeluyur begitu saja meninggalkan kelas.

* Sudah pernah dipublish di www.kompasiana

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.