BREAKING NEWS

Selasa, 19 Januari 2016

Rugi Besar, Dikecilkan

INI persoalan kebiasaan. Pameo 'alah bisa karena biasa', boleh jadi berlaku di sini. Jika tidak karena sudah biasa, mengapa selalu ada dan dilakukan berulang-ulang oleh kita. Oleh kita? Ya, kita guru, maksudnya. Sebagai guru, saya percaya kita melihat dan menyaksikannya. Ah, jangan, jangan melakukannya juga. Maksud saya kita boleh jadi ikut-ikutan melakukannya meskipun belum disengaja. 

Mari kita instrospeksi diri, atau melihat teman sendiri atau mungkin di sekolah sendiri. Masih adakah kita atau teman-teman kita yang datangnya tidak tepat waktu? Masih adakah yang mengajarnya tidak tepat waktu? Maksudnya masih sering terlambat dari waktu yang sudah tertentu. Jawabnya, masih ada. Diatur masuk pukul tujuh, datangnya telat sepuluh atau dua puluh. Atau sekadar terlambat kurang dari itu. Pokoknya masih terlambat. Itulah yang saya masud dengan ada, walaupun mungkin tidak sengaja.

Sekali waktu, saya menulis status di facebook begini, "Serugi-rugi manusia karena prestasi (hasil) hari ini tidak berbeda dengan hari kemarin, namun jauh akan lebih rugi jika manusia tidak menyadari bahwa waktu (kesempatan) akan pergi tanpa bisa disesali. Jika kita masih ingat bahwa waktu akan lewat, lalu kita masih berusaha untuk berbuat apa saja yang ada manfaat, insyaallah (semoga Allah) masih akan memberi kita taufiq dan hidayat. Selamat pagi, sahabat FB." Status itu lebih karena keluhan saja. Mengeluh karena masih adanya kita (baca: guru) yang menyia-nyiakan waktu itu.

Sangat sulit mencari hari yang pada hari itu guru yang terlambat itu nihil. Maksudnya semua guru datang tepat waktu, yaitu waktu pagi ketika bel jam pertama berbunyi. Jangankan semua guru datang serentak semua pada pagi itu, malah guru yang wajib masuk jam pagi (jam pertama) saja masih ada yang terlambat sehingga terkadang beberapa kelas harus menunggu beberapa menit. 

Boleh saja masa waktu terlambat itu tidak terlalu lama, hanya beberapa menit saja. Dalam catatan piket, lazimnya keterlambatan guru pada jam pertama berkisar antara 3 hingga 7 menit. Ada juga yang terlambat 10 menit. Sesedikit terlambat, tiga menit misalnya, tetap saja itu adalah waktu yang panjang dan berguna bagi guru dan murid di kelas. Setiap tiga atau lima menit keterlambatan, sesungguhnya telah membuat guru dan juga siswa kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan waktu itu. Jika alokasi waktu appersepsi guru dua atau tiga menit, itu berarti waktu untuk appersepsi itu sudah hilang dan akan dipakai waktu lain. Artinya sudah merugikan kesempatan untuk yang lain.

Inilah yang dikhawatirkan. Kerugian besar tapi dipandang kecil saja. Artinya guru sudah menyia-nyiakan waktu yang bermanfaat besar itu karena dianggap masalah kecil. Sudah seharusnya guru tidak memandang kecil kehilangan waktu yang hanya beberapa menit itu. Keterlambatan pada jam pertama (di waktu pagi) hanyalah satu catatan kerugian waktu yang terjadi di sekolah. Masih ada waktu-waktu lain yang juga sering disia-siakan guru.

Tidak jarang pula keterlambatan guru juga terjadi pada jam pasca istirahata. Biasanya jam masuk setelah istirahat juga ada siswa atau guru yang terlambat masuk. Jika yang terlambat itu adalah seorang atau beberapa orang siswa, tentulah tidak akan bermasalah kepada semua siswanya. Tapi jika yang terlambat itu adalah seorang guru, otomatis akan merugikan semua siswa di dalam kelas tersebut. Itulah sebabnya guru tidak boleh mengecilkan persoalan keterlambatan waktu yang walaupun hanya beberapa menit itu.***

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.