DALAM sebuah perdebatan yang amat, sangat sengit --dalam sebuah rapat dewan guru-- seorang guru mengeluh karena kebijakan sekolah terasa memberatkan kerja guru. Sekolah meminta agar para siswa tidak ada yang bernilai 'rendah' dalam setiap ujian setelah dikoreksi guru. Kebijakan ini memang terkhusus untuk ujian-ujian yang akan dilaporkan ke orang tua siswa melalui laporan pendidikan yang nilainya tercantum pada buku rapor. Kebijakan ini juga lebih terkhusus untuk para peserta didik di kelas akhir.
Di satu sisi, guru merasa ada para siswa yang seolah-olah tidak mau mengikuti kebijakan guru sementara di sisi lain, sekolah mempunyai kebijakan bahwa setiap siswa wajib bernilai bagus sesuai harapan sekolah. Bagi guru, para siswa yang enggan mengkuti kebijakan guru akan cenderung bermasalah dalam capaian nilai ujannya. Itu berarti akan menimbulkan pertentangan antara harapan dengan kenyataan.
Pertentangan antara harapan kebijakan sekolah dengan beberapa kenyataan siswa yang tidak mematuhi guru itu tentu saja akan menjadi beban tersendiri bagi sekolah dan sekaligus tentunya beban guru itu sendri. Bagaimana guru dapat memenuhi harapan sekolah yang sejatinya juga harapan siswa, tapi nyatanya masih ada beberapa siswa yang tidak memperjuangkan harapan sekolah tersebut. Dalam keadaan seperti itu dapat dipastikan bahwa hasil perolehan siswa akan jauh dari harapan sekolah.
Jika saja sekolah cepat dapat menerima kenyataan jomplangnya kenyataan dengan harapan itu, maka pastilah kadar persoalan tidak akan terlalu besar. Sebaliknya, jika perbedaan harapan dengan kenyataan itu tidak mudah diterima oleh berbagai pihak yang ada, di situlah masalah lain akan tiba. Di situ pula keluhan dan rasa dongkol akan muncul. Sekolah dapat kecewa sementara guru pula akan merasa dongkol dan cenderung mengeluh. Mengeluh?
Pertentangan antara harapan kebijakan sekolah dengan beberapa kenyataan siswa yang tidak mematuhi guru itu tentu saja akan menjadi beban tersendiri bagi sekolah dan sekaligus tentunya beban guru itu sendri. Bagaimana guru dapat memenuhi harapan sekolah yang sejatinya juga harapan siswa, tapi nyatanya masih ada beberapa siswa yang tidak memperjuangkan harapan sekolah tersebut. Dalam keadaan seperti itu dapat dipastikan bahwa hasil perolehan siswa akan jauh dari harapan sekolah.
Jika saja sekolah cepat dapat menerima kenyataan jomplangnya kenyataan dengan harapan itu, maka pastilah kadar persoalan tidak akan terlalu besar. Sebaliknya, jika perbedaan harapan dengan kenyataan itu tidak mudah diterima oleh berbagai pihak yang ada, di situlah masalah lain akan tiba. Di situ pula keluhan dan rasa dongkol akan muncul. Sekolah dapat kecewa sementara guru pula akan merasa dongkol dan cenderung mengeluh. Mengeluh?
Guru, sejatinya tidak layak mengeluh hanya karena merasa tidak bisa memenuhi harapan sekolah. Guru juga tidak pantas mengeluh karena merasa anak-didik yang diajar, dididik dan dibimbing tidak bersedia diajar, dididik dan dibimbing. Belum tentu benar anggapan guru yang memandang siswanya tidak mau diajar, tidak mau dididik atau tidak mau dibimbing adalah seperti itu. Misalnya anak kelihatan suka datang terlambat, selalu tidak menyelesaikan tugasnya, atau beberapa ketidakpatuhan lainnya. Belum tentu itu benar-benar karena tidak mau melakukan apa yang diminta guru. Sudahkah guru menelitinya dengan benar?
Seberat apapun tugas dan kewajiban guru, sejatinya itu harus tetap dipikul. Begitulah guru yang profesinya sangat mulia. Tidak mudah menjadi guru, maka tidak semua orang sanggup menjadi guru. Dengan segala tantangan dan kesulitan yang akan dihadapi guru, manusia yang bernama guru akan tetap melakukan fungsi dan tanggung jawabnya. Jika dia adalah benar-benar guru, pastilah dia tidak akan mengeluh. Guru memang tidak perlu mengeluh. Keluhan karena berhadapan dengan anak yang dianggap bermasalah, sama sekali tidak akan menyelesakan masalahnya. Guru profesional pasti akan berusaha mengatasi masalahnya. Bahkan yang ideal tidak hanya bercita-cita menjadi guru profesonal, tapi akan berjuang menjadi guru yang menginspirasi.***
Seberat apapun tugas dan kewajiban guru, sejatinya itu harus tetap dipikul. Begitulah guru yang profesinya sangat mulia. Tidak mudah menjadi guru, maka tidak semua orang sanggup menjadi guru. Dengan segala tantangan dan kesulitan yang akan dihadapi guru, manusia yang bernama guru akan tetap melakukan fungsi dan tanggung jawabnya. Jika dia adalah benar-benar guru, pastilah dia tidak akan mengeluh. Guru memang tidak perlu mengeluh. Keluhan karena berhadapan dengan anak yang dianggap bermasalah, sama sekali tidak akan menyelesakan masalahnya. Guru profesional pasti akan berusaha mengatasi masalahnya. Bahkan yang ideal tidak hanya bercita-cita menjadi guru profesonal, tapi akan berjuang menjadi guru yang menginspirasi.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda