DENGAN tulus, surat ini saya kirimkan secara terbuka di halaman ini. Saya ingin surat ini, tidak hanya dibaca oleh Wak Saleh, sahabat yang menolong saya waktu itu, tapi saya ingin agar orang-orang lainnya juga ikut dan berkenan membacanya. Rasa kagum dan bangga saya ini, ingin sekali saya berbagi dengan siapapun. Wak Saleh memang baik sekali.
Berawal dari perkenalan kecil beberapa waktu lalu di Johor Bahru, Malaysia. Saya ingat waktu itu, saya dan Pak Ade (dr. Ade Kristiawan, salah seorang pengurus MUI yang juga Pimpinan Puskesmas Tanjungbalai Karimun) pergi ke salah satu rumah sakit di Ibu Kota Negara Bagian, Malaysia itu. Kami pergi mewakili pengurus MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Karimun untuk melihat Buya Azhari Abas (Ketua MUI Provinsi Kepri) yang sedang dirawat di sana.
Ketika kami sampai di Pelabuhan Puteri Harbour, Johor, kami disambut oleh seorang lelaki yang sudah berusia lanjut. Masih gesit dan dia menjadi sopir untuk taksinya sendiri. Dialah yang menjemput kami untuk menuju ke rumah sakit yang kami maksud. Rupanya, pak Dokter Ade sudah terlebih dahulu mengenal Wak Saleh. Dari sinilah saya berkenalan juga dengannya.
Perkenalan dua hari satu malam itu, ternyata sangat berkesan bagi saya. Dia menawarkan ke saya, jika kelak ada keinginan ke Johor Bahru lagi, dia bersedia menjemput lagi. Tidak sekadar menjemput dengan taksinya, dia juga kembali menawarkan ke saya untuk tidur di rumahnya saja, jika akan menginap. Tidak perlu menyewa hotel yang tentu saja akan lebih mahal sebagaimana saya dan pak Ade bermalam di rumahnya waktu itu. Wak Saleh, asal Karimun itu memang sudah menjadi warga negara Malaysia dan sudah pula mempunyai anak-isteri dan rumah tempat tinggal di sana.
Kini, pada hari Rabu, 22 Juli 2015 itu saya benar-benar kembali pergi ke Johor Bahru. Rencana yang sudah lama saya hajatkan, baru terkabul pada pasca Idul Fitri 1436 lalu itu. Kali ini saya pergi dengan anak saya, Fahry (biasa dipanggil Ery) untuk maksud berobat ke salah satu rumah sakit di situ. Tepatnya saya pergi Hospital Pakar Puteri yang cukup terkenal di masyarakat Karimun. Saya melakukan general check up, untuk memeriksakan kemungkinan penyakit yang saya derita. Saya ingin mengetahui lebih detail dan pasti untuk beberapa keluhan yang sudah pernah saya periksakan di RSBT (Rumah Sakit Bakti Timah) Karimun. Saya ingin tahu, terutama tentang jantung, ginjal, hati dan beberapa organ 'dalam' yang biasanya rentan kena penyakit dalam usia yang sudah mendekati kepala enam ini.
Seperti kehadiran pertama beberapa waktu lalu itu, saya dan Ery disambut oleh Wak Saleh di Pelabuhan Puteri Harbour. Setelah saya menelponnya, kami berjumpa di halaman parkir pelabuhan itu. Dengan taksi dia pula kami menuju Hospital Pakar Puteri itu. Dalam perjalanan 20-an menit ke rumat sakit itu, Wak Saleh bercerita berbagai hal, terutama masalah-masalah agama. Wak Saleh memang sangat mengerti agama. Saya merasa, ilmu dan amalan agamanya sangat bagus. Dan semua obrolan dalam taksi itu menambah akrabnya saya dan Wak Saleh.
Karena saya tidak bisa diperiksa pada hari pertama datang itu (sudah agak terlambat mendaftar) maka saya harus datang besoknya lagi. Maka saya pun benar-benar bermalam di sana. Wak Saleh mengajak saya dan anak saya bermalam di rumahnya, di kawasan Sekudai itu. Dia pula yang menjemput antar kami dari dan ke rumah itu selama berada di Johor.
Wak Saleh memang baik sekali. Melalui catatan kenangan ini, saya sampaikan ucapan terima kasih saya kepadanya. Semoga Allah terus memberinya kesehatan, kebahagiaan dan hidup barokah. Saya benar-benar merasa berutang kepadanya. Itu semua, tiada lain karena untuk semua jasa yang dia berikan, dia tidak menerima bayaran. Sewa rumah dan sewa taksi selama di sini, tentulah sangat besar jika dihitung secara proporsional. Dia mengatakan benar-benar ikhlas. Walaupun saya paksakan untuk menerima 'ringgit' saya, tapi dia hanya mengambil sedikit sekali. Terima kasih, Wak Saleh!***
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda