BREAKING NEWS

Minggu, 24 Mei 2015

Maaf, ini RHS: Isteriku Dikurek Lagi

TIBA-tiba saja saya sore ini ingin menulis --seperti biasa-- dan memberi informasi tentang keadaan isteri saya. Padahal saya tahu, dia tidak ingin orang lain tahu kalau dia harus mengalami sekali lagi ujian ini: dikurek lagi. Itu ujian yang sangat berat bagi seorang wanita seperti dia. Tapi apa daya, dia harus lagi mengalaminya.

Dalam keraguan antara keinginan memberi tahu teman-teman dengan keinginan menjaga 'peringatan' (dia ingin cukup kami berdua saja yang tahu) itu, akhirnya saya menulis juga di dinding FB (Face Book) saya, sebagaimana biasanya saya rutin menulis di situ. Dan untuk tidak melanggar 'peringatannya' itu maka saya membuat status saya sore ini menjadi status dengan bahasa yang sedikit lebih puitis dengan makna yang bisa multi tafsir. Makna lahir yang semestinya saya buat, saya ubah menjadi makna tersembunyi di balik kata demi kata di FB itu. Saya yakin, para sahabat FB saya tidak akan mudah memahami maksud status saya sore ini. Bunyi status saya itu kurang lebih begini:

Bukan Keluhan
Tidak mudah menerimanya
Untuk ketiga kali dia merasakannya
Harapan besar dan usaha maksimal yang terus dilakukan
Berdua dan bersama-sama
Ternyata baru sampai pada titik harapan saja.
Beratnya ujian itu
Ketika untuk ketiga kali pada hari Ahad ini
Dia harus merasakan rasa sakit itu kembali
Tapi dia tetap tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya lebih sakit lagi.
Bahkan dia tidak ingin memberi informasi lebih rinci.
 Saya hanya bisa mendesah kata
Jangan putus asa, sayang.
Hatimu memang tabah
Tapi orang-orang mencitai dan mengagumi
Tetap ingin mengerti
Apa sebenarnya yang terjadi
Ketika isteriku dikurek di RAP

Sebagian puisi itulah yang memang saya jadikan coretan di status facebook yang saya tulis sekitar pukul 16.00, Ahad (24/ 05) itu. Sebenarnya tidak selengkap itu. Harus saya jelaskan bahwa kami baru saja kembali dari rumah sakit, siang tadi. Isteri saya dikurek di Rumah Sakit Bersalin, Graha RAP. Karena bius sedang (bukan bius berat) dan kureknya juga lancar, maka sore hari yang sama, isteri saya sudah boleh kembali ke rumah. Dia lebih cepat siuman dari pada yang diperkirakan. Kata dokter, dirawat di rumah saja, boleh.

Saya sebenarnya ingin memberikan berita duka yang dialami isteri saya itu kepada teman-teman dunia maya saya pada waktu dan jam yang sama. Kebiasaan ini memang sudah menjadi kebiasaan saya. Setiap ada momen yang pantas untuk diketahui teman-teman, maka saya akan memuatnya di FB. Dengan begitu, perasaan saya atau pengalaman saya akan segera diketahui teman-teman saya. Mana tahu, ada manfaatnya juga. Tapi berita ini tidak bisa langsung saya sampaikan ke publik. Isteri saya ingin merahasiakan saja pengalaman jeleknya ini.

Bahkan untuk kurek yang ketiga kali ini, dia juga menutupinya dari anak-anak kami. Anak-anak saya --Kiki dan Ery-- dan menantu saya yang serumah bersama kami, sampai selesai proses kurek itu tetap belum kami beritahu. Isteri saya memang ingin merahasiakan kasus ini kepada orang lain. Termasuk juga kepada ayah dan ibu, serta adik-adiknya di Kampung Bukit sana.

Malam Ahad sebenarnya kami sudah jumpa dokter, berkonsultasi kembali sebagai rutin setiap dua minggu. Konsultasi sudah beberapa kali sejak tiga dua-tiga bulan sebelumnya, setelah dokter menduga ada kemungkinan istseri saya hamil. Tapi perkembangan yang tidak sesuai harapan, menyebabkan kami harus beberapa kali berkonsultasi. Sampai dokter menyatakan, itu harus kembali yang dialami dua kali sebedlumnya.

Dokter pula yang menerangkan bahwa malam itu akan dimulai proses mengeluarkan calon bayi yang tidak berkembang itu. Seperti dua kasus sebelumnya, kali ini kandungan isteri saya memang tidak juga berkembang. Dokter sudah beberapa kali memberikan prediksi penyebabnya. Isteri saya dan saya sendiri memang sudah ikhlas atas semua itu.

Saya dapat memahami sikap isteri saya, mengapa dia tidak suka berita sakit ini diinformasikan ke teman-teman lain. Dia memang tidak ingin orang lain terlalu dibuat sibuk tersebab dia sakit. Dia selalu ingin menjadi orang sehat di mata orang lain. Jika boleh berharap, biarlah dia tidak pernah dikunjungi teman-temannya tersebab sakit. Itulah kebiasaan dan harapannya.

Dalam pikiran dan harapan isteri saya, karena besok Seninnya dia insyaallah bisa ke sekolah (menurut dokter yang akan mengureknya) maka dia ingin proses kurek yang berlangsung pada hari Ahad itu tidak sampai diketahui oleh teman-temannya, khususnya rekan-rekan guru di SMA Negeri 2 Karimun. Jika dia benar-benar bisa tetap melaksanakan tugas ke sekolah, artinya dia tidak perlu menjelaskan itu kepada rekan-rekan guru itu. Itulah yang diinginkannya.

Belum siuman di ruang operasi
Lalu mengapa saya berani menulis dan mempublis di halaman blog ini? Jawabnya sederhana dan tentu hanya saya yang akan memahaminya. Yang pasti, saya tidak bisa menahan diri saya untuk tidak mencatat peristiwa penting dalam kehidupan rumah tangga kami ini. Setiap momen apa saja, saya tetak dan akan selalu mencatatnya sebagai bagian pengalaman hidup saya dan tentu saja rumah tangga saya.

Pada tahap pertama, di hari yang masih awal (Ahad sore itu) bahkan saya tidak bisa menahan tangan saya untuk menuliskannya. Cara yang saya pakai adalah dengan membuat status yang makna kalimatnya bisa berbagai kemungiinan. Itulah kalimat-kalimat yang mirip sebuah puisi itu. Tapi sesungguhnya makna yang terkandung di dalam untaian kalimat itu adalah catatan peristiwa kurek yang dialami isteri saya itu.

Jika judul catatan ini masih saya pakai kata RHS, itu memang karena pengalaman isteri saya ini masih saya anggap sebagai sebuah rahasia. Tapi di sisi lain, saya juga memuatnya di blog saya ini yang publikasinya adalah pada waktu sudah malam. Saya menduga pembaca blog saya ini belum seramai FB saya. Dan jika sudah beberapa hari ke depan catatan ini dibaca, semoga saja isteri saya tidak lagi menjadikan pengalaman ini sebagai sebuah rahasia lagi. Terima kasih.***

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.