Siswa-Wakakesiswaan |
Kegiatan lomba yang semula akan dilaksanakan tepat pada peringatan Hardiknas, 2 Mei itu memang harus ditunda. Gawe Hardiknas Kabupaten dengan Pembina Upacaranya Bupati Karimun, itu diikuti oleh hampir seluruh guru dan pegawai sekolah se-Pulau Karimun. Bahkan panitia peringatan Hardiknas Kabupaten juga mengikutsertakan pegawai non pendidikan (pegawai Kantor Bupati dan kantor lainnya) sebagai peserta upacara. Tentu saja para guru dan pegawai SMA Negeri 3 Karimun juga ikut serta di sana.
Tersebab sebagian besar guru dan pegawai sekolah ditambah 60-an siswa --sebagai utusan-- harus ke Costal Area Karimun, lokasi upacara bendera Hardiknas, maka rencana lomba debat di sekolah tidak dapat dilaksanakan pada hari yang sudah direncanakan semula. Dan oleh panitia debat, acara disepakati untuk ditunda sepekan ke depannya, agar harinya tetap Sabtu.
Lomba debat bahasa adalah salah satu program sekolah yang dimasukkan ke dalam program Osis dengan pembinanya para guru bahasa. Programnya sebenarnya adalah untuk dua bahasa, Indonesia dan Inggeris. Namun lomba debat dalam rangka peringatan Hardiknas 2015 ini hanya untuk Bahasa Indonesia saja. Untuk Debat dalam Bahasa Inggeris direncanakan pada momen berikutnya. Kelas yang ikut juga hanya dari kelas X dan XI saja karena kelas XII sudah tidak masuk lagi setelah mengikuti Ujian Nasional, April lalu.
Peserta lomba adalah utusan setiap kelas dengan peserta tiga orang setiap kelompoknya. Setiap kelas hanya mengutus satu regu atau satu kelompok saja. Jadi, untuk lomba debat kali ini diikuti oleh 8 regu, masing empat regu kelas X dan empat regu lagi dari kelas XI (satu kelas IA dan tiga kelas IS).
Tujuan lomba ini, tidak semata-mata untuk meningkatkan kemampuan berdebat dengan bahasa yang baik dan benar saja. Tidak juga sekadar mengasah kemampuan berargumen dalam sebuah perdebatan. Yang utama dari acara lomba debat ini adalah bagaimana lebih mempererat tali persahabatan antar siswa dengan siswa dan atau antara siswa dengan guru-gurunya. Budaya persaudaraan dan persatuan yang dikembangkan sekolah diharapkan muncul dan tergambar dari kegiatan debat ini.
Lazimnya sebuah perdebatan dalam lomba debat, akan ada yang berposisi sebagai tim yang pro dan akan ada pula tim yang berposisi sebagai tim yang kontra. Kedua regu akan tergiring untuk 'berseteru' karena harus mempertahankan pendapat masing-masing. Tim yang pro akan mempertahankan pendapatnya yang setuju dengan materi (mosi) yang disediakan oleh panitia. Dengan berbagai argumen, tim yang pro akan berusaha mempertahankan pendapatnya. Memang begitulah aturannya.
Sebaliknya tim yang berposisi sebagai tim yang kontra akan berusaha pula untuk menentang pendapat tim yang pro. Tim ini akan berusaha mengemukakann argumen-argumen yang akan mematahkan pendapat tim pro. Intinya, tim kontra sesuai posisinya akan memberikan pendapat ketidaksetujuannya terhadap pendapat tim pro sehingga kelihatan oleh tim juri bahwa pendapatnya lebih tepat dan lebih baik.
Bayangkan akan seperti apa sengitnya perdebatan ini. Jika panitia dan atau pelaksana tidak berkemampuan untuk mengendalikan suasana perdebatan yang cenderung emosional itu, maka dapat dipastikan bahwa debat itu akan mengarah kepada pertengkaran dan perselisihan pendapat. Padahal perbedaan pendapat dalam debat tidak harus mengarah kepada pertengkaran dan perselisihan. Pertengkaran dan perselisihan akan membawa peserta kepada permusuhan.
Itulah sebabnya, perdebatan yang terjadi dalam lomba debat harus mampu membuktikan dan menunjukkan kuatnya jalinan persahabatan antara satu regu dengan regu lainnya atau antara satu individu dengan individu lainnya. Panitia lomba diwajibkan membuat tata tertib yang akan membatasi peserta untuk melakukan tindakan yang mengarah ke permusuhan. Beberapa contoh sikap atau tindakan yang akan merusakan persahabatan misalnya, 1) menyerang masalah pribadi dalam menyampaikan argumen atau pernyataan; 2) berbicara dengan kasar, tidak senonoh atau sinis; 3) menyampaikan pernyataan yang mengandung SARA atau intrik permusuhan lainnya; 4) menimbulkan kegaduhan atau keributan yang mengarah ke permusuhan; dan beberapa hal lainnya.
Dalam lomba debat yang diselenggarakan Osis SMA Negeri 3 Karimun itu, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai persahabatan benar-benar diutamakan. Kemenangan yang diperjuangkan tidak sampai mendatangkan permusuhan antara satu regu dengan lainnya atau antara satu siswa dengan siswa lainnya. Debat ini sudah benar dengan mengusung tema 'kemenangan untuk persahabatan'. Persahabatan sesungguhnya memang jauh lebih utama dari apa pun dalam lomba debat itu. Syabasy!***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda