SUDAH waktunya diprioritaskan pengadaan fasilitas umum seperti WC, musolla, kamar mandi, dll di titik-titik lokasi wisata kita. Kurangnya kunjungan, baik oleh wisatawan dalam negeri (daerah) sendiri maupun dari luar negeri, sudah diketahui umum. Penyebabnya adalah karena kita memang belum bisa melengkapkan berbagai fasiltas pokok dan bersifat umum itu. Selain itu, kebutuhan pendukung lainnya juga belum sebagaimana harapan.
Ketika Sabtu (02/01) pagi saya iseng menulis status di facebook begini, "Bagi masyarakat Karimun dan sekitarnya, berlibur --akhir tahun-- ke
negeri tetangga, tidak sekadar sok ke Luar Negeri yang sesungguhnya
menguras devisa negara juga tapi selain jaraknya yang dekat juga ada
rasa aman dan nyaman. Sudah saatnya pemerintah menciptakan rasa aman dan
nyaman juga jika berlibur di dalam negeri. Dan trevel-trevel dalam
negeri harus pula gencar mempromosikan tour dalam negeri untuk para
pencinta wisata itu," ternyata dari pagi hingga siang, sambutan komentar dari para teman sangat beragam. Pokoknya sangat antusias mereka mengomentari perihal kurangnya orang kita berwisata di negeri sendiri karena lebih memilih ke luar negeri.
Di komentar-komentar itu muncul berbagai pernyataan kekecewaan menyaksikan buruknya fasilitas umum di lokasi-lokasi wisata kita, khususnya di Karimun. Karimun yang jaraknya sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia, ternyata tidak mampu mendatangkan wisata dari dua negara itu secara signifikan ke negeri berazam ini. Bahkan aneka komentar itu juga menyentil rendahnya minat wisatawan lokal (daerah sendiri) untuk mengunjungi lokasi wisata kita sendiri. Ada juga yang jujur mengakui bahwa fasilitas pendukung kepariwisataan kita memang masih sangat kurang. Intinya betapa masih minimnya kunjungan turis ke daerah kita.
Apakah obyek wisata kurang jumlahnya, atau kurang menariknya, baik bagi warga kita maupun bagi warga negara Asing? Ternyata tidak. Untuk Provinsi Kepri hampir di semua kabupaten terdapat banyak obyek wisata yang sangat menjanjikan. Saat ini, baru Bintan yang sudah tampil agak meyakinkan dan ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara selain Kota Batam. Dengan fasilitas yang agak lengkap di Lagoi, para turis asing memang cukup ramai datang ke sana. Salain Lagoi ada juga Pantai Trikora serta beberapa obyek wisata lainnya. Yang pasti, pengelolaan yang lebih apik oleh investor bersama pemerintahnya, telah menjadikan wisata Lagoi dan lainnya di Bintan menjadi lebih baik.
Tentang Batam? Batam pun begitu juga dengan kelengkapan yang sudah dipersiapkannya di Kota yang menamakan drinya Kota Madani itu. Dan tidak heran, dua daerah ini menempati tempat teratas jumlah pengunjung turisnya di Provinsi Kepri. Daerah-daerah lainnya seperti Karimun, Natuna, Anambas, Lingga dan Tanjungpinang sebagai Ibu Kota Provinsi, bukan tidak ada obyek wisata yang hebat-hebatnya. Justeru yang tidak hebat itu adalah fasiltas umum dan pelayanannya.
Bule di Pantai Pelawan Karimun |
Kembali ke Karmun, tidak kurang 40-an obyek wisata yang ada di kabupaten pemekaran ini. Obyek-obyek wsata itu sudah dibeberkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karimun di website Pemda Karimun. Semua obyek wisata itu dapat ditelusuri di alamat http://kab-karimun.go.id/index.php/info-tempat-wisata yang merupakan website resmi Pemda Karimun. Ternyata begitu banyaknya obyek wisata yang perlu ditawarkan ke para turis, terutama dari manca negara. Di Pulau Buru ada masjid tertua kedua provinsi, Masjid Besar Raja Abdul Gani. Ada juga sumber air panas, makam orang kuat. Bahwa obyek-obyek wisata itu belum terkelola dengan baik, itulah sebenarnya masalah utamanya.
Selain di Pulau Moro atau Kundur juga ada obyek wisata di pulau-pulau lainnya. Di Moro ada pantai Air Dagang, Pantai Moro dan ada pula Pantai Telunas yang sudah terkenal ke manca negara di Pulau Sugi, Moro. Pokok eprsoalan dari semua obyek wisata itu adalah fasilitas pendukungnya. Seperti di Pulau Karimun, Ibu Kota Kabupaten, fasilitas umumnya sangat menyedihkan.
Jika kita ke Pantai Pongkar (Tebing) atau ke Pantai Pelawan (Meral) kita akan melihat pantai yang tidak kalah indahnya dengan pantai-panta yang sudah terkenal di luar sana. Tapi jangan tanya musolla yang bagus (bersih, terawat, air cukup, dll) di lokasi wisata. Jika ada musolla seperti di Pantai Pelawan, sangat menyedihkan ketika kita akan solat. Di Ponbgkar malah harus solat jauh keluar untuk numpang di masjid masyarakat. Begitu jua keadaan di lokasi wisata Coastal Area. Walaupun miliaran rupiah sudah ditanam di pantai yang dulu bernama Tanjung Gelam itu, tapi untuk sebuah musolla yang representatif sebagai kebutuhan wisatawan, ternyata tidak ada.
Begitu pula untuk bidang pelayanan. Kita belum tahu siapa atau perusahaan trevel mana yang sudah menyediakan pemandu wisata di Karimun seperti yang sudah disediakan negara tetangga sana. Untuk mempromosikan dan menjelaskan 40-an obyek wisata itu tentu deperlukan orang yang mengerti dan mampu menjelaskannya kepada wisatwan. Tapi siapa? Tentu Dinas Pariwisata. Selama ini sudah bekerja dan melaksanakan tugasnya. Hanya masih jauh dari harapan. Jika kunjungan wisatawan diinginkan lebih ramai, Pemerintah perlu segera menggandeng swasta (investor) untuk ikut serta. Pemerintah saja jelas tidak akan kuat. Ayo, mari bersama kita dukung dan majukan pariwisata daerah kita agar fasiltasnya lengkap dan tidak terus-menerus menyedihkan.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda