TERNYATA pemeliharaan dan penghormatan kepada kitab suci Alquran di Terengganu Darul Iman begitu tingginya. Tidak hanya Al-Qur'an yang masih terpakai yang dirawat dan dihormati, tapi Alquran yang sudah tak dapat dipergunakan pun dikelola dan dihormati begitu tinggi.
Dalam kunjungan kami para pengurus MUI Kabupaten Karimun di Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu, Sabtu dan Ahad (28-29/10/17) lalu, kami terkesan dengan kebijakan pengelolaan kitab suci Alquran oleh mereka di Terengganu khususnya dan di Malaysia pada umumnya. Mereka tetap menghormati alquran yang sudah tidak terpakai yang disebabkan oleh berbagai hal seperti sudah lusuh, koyak dan atau tidak lagi terjilid dengan benar kaena penggunaan yang sudah lama.
Semua kitab suci Alquran yang tidak lagi bisa terpakai karena sudah tua, lusuh, koyak atau tercerai-berai antara halamannya itu, tetap mereka hormati sesuai dengan ketentuannya. Mereka mengumpulkan Al-Qur'an ini dengan baik untuk dimusnahkan secara baik pula. Dan pemusnahan yang mereka lakukan adalah dengan membakar secara khusus pula.
Bagaimana mereka memperlakukannya? Alquran itu dibakar di tempat khusus dan abunya dibekukan untuk dibuang secara baik-baik ke laut. Meeka tidak membiarkan alquran yang sudah tak terpakai itu berserakan menjadi sampah kertas begitu saja. Tidak hanya Al-Qur'an, bahkan buku atau kitab-kitab yang mengandung ayat-ayat Alquran juga dikumpulkan semuanya untuk dibakar secara baik.
Abu Alquran dibekukan pada ember kosong |
Proses pembakaran ini diawali dengan mengumpulkan alquran dan atau kitab-kitab lain yang di dalamnya ada ayat-ayat suci alquran. Semua tulisan suci itu dikumpulkan di tempat yang sudah ditetapkan kerjaan (pemerintah) Terengganu. Lalu dimasukkan ke alat pembakar khusus yang mereka ciptakan sendiri, yaitu sebuah alat yang terbuat dari besi dan aluminium tahan api. Tentu saja selain lantai dan dindingnya, juga dibuat atapnya untuk tidak terkena hujan.
Periodisasi pembakarannya juga ditetapkan dengan keputusan pihak yang berweenang. Hanya satu atau dua kali dalam satu tahun. Selama menanti periode pembakaran, masyarakat atau siapa saja diminta untuk mengantarkan semua alquran atau buku-buku yang berisi ayat-ayat alquran ke Kantor Pemerintah, Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu. Di kantor ini sudah ada personel yang mengelolanya.
Setelah dibakar dan menjadi abu lalu dibekukan dengan memasukkannya ke ember-ember kosong sebagai acuan atau cetakan abu yang nantinya akan membeku seperti bongkahan semen beku. Lalu setelah beku seperti semen beku itu barulah dibuang ke laut. Karena hasil bekuan itu sepenuhnya terdiri dari abu yang dicampur air tertentu, maka setelah nanti dibuang ke laut, abu yang berbentuk bongkahan batu itu akan hancur kembali dan menyatu dengan air laut.
Contoh bongkahan abu alquran |
Menurut salah seorang petugas pengelola alquran bekas, dulu dibakar tanpa membekukannya. Ternyata itu tidak aman karena debunya bisa ditiup angin dan berterbangan mengotori udara di sekitar pembakaran. Makanya dibekukan agar mudah membuamgkannya. Tentu saja ini sebuah inovasi oleh masyrakat (pejabat) di Jabatan Hal Ehwal Agama Terengganu itu.
Begitu hormatnya masyarakat Terengganu khususnya, Malaysia pada umumnya kepada kitab suci Alquran mereka tidak membiarkan begitu saja alquran-alquran yang sudah tua, sobek atau tidak bisa dipakai lagi. Sesuai fatwa majelis ulama di sana, bahwa abu kertas Al-Qur'an juga tidak boleh disalahgunakan, seperti dipakai untuk pupuk misalnya. Makanya dikelola sedemikian rupa. Begitulah cara Terengganu menghormati alquran sebagai kitab suci umat Islam.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda