TERNYATA benar, lebih dari setengah jamaah setiap surau atau masjid sudah 'tak tahan bertahan' seperti awal-awal datangnya bulan mulia, Ramadhan 17-an hari lalu. Dari beberapa masjid, musolla atau surau yang sempat saya kunjungi (karena jadwal ceramah) selama bulan ampunan ini ternyata benar bahwa ramainya jamaah itu hanya ada di awal-awal bulan saja. Kalau sudah sepertiga atau setengah bulan berjalan, jumlah jamaahnya sudah jauh berkurang jumlahnya. Kebanyakan jamaah memang tak tahan bertahan. Masjid atau musolla bagaikan bertambah lapang dan kedodoran.
Kebetulan sejak malam pertama saya berpindah-pindah masjid dari satu masjid/ musolla ke yang lainnya sesuai jadwal PMKK (Persatuan Muballigh Kabupaten Karimun) untuk menunaikan tugas dakwah. Dan di setiap rumah ibadah Islam itu saya menemukan jumlah jamaah yang bervariasi. Maksudnya, ada yang kelihatan masjid atau musollanya kebesaran dan ada pula yang belum terasa mencolok berkurang jamaahnya.
Saya ingat, malam-malam awal saya hadir di masjid-masjid di Kecamatan Meral jumlah jamaahnya begitu membludak. Bahkan di salah satu masjid, pada malam pertama Ramadhan itu tidak mudah saya mau melangkah mencapai shaf depan karena padatnya jamaah. Tidak hanya orang dewasa dan tua-tua, jumlah jamaah dari anak-anak justeru sangat banyak. Tentu saja ini menggembirakan orang tua-tua yang berharap generasi muda itu kelak bisa menjadi pengganti mak-bapaknya menyukai masjid atau musolla.
Tapi ternyata padatnya jamaah itu benar-benar hanya di awal Ramadhan saja. Tidak cukup sepekan, sudah mulai kendor shaf-shaf itu. Menjelang hari ke-10 atau ke-15, jamaahnya benar-benar tinggal dua shaf bagian depan saja lagi. Sedih, begitulah keadaannya. Bukan hanya anak-anak yang banyak menghilang dari msjid, tapi orang-orang tua pun entah kemana sebagiannya. Apa sebenarnya yang akan dicari lagi, kecuali bersiap diri untuk menghadapi akhirat nanti?
Benarlah bahwa sebagian jamaah ini memang sudah tidak tahan lagi untuk bertahan di rumah-rumah Allah untuk menyelesaikan ibadah Ramadhan menjelang ke akhirnya. Berharap ampunan dosa dan imbalan pahala, nyatanya waktu-waktu mulia untuk beribadah malah dibuang percuma. Ketika awal puasa, dan ketika masih mendengar tausiah dari para penceramah, sepertinya para jamaah yang memadatkan masjid atau musolla itu, bagaikan tidak akan lagi meninggalkan masjid selama bulan Ramadhan. Tapi inilah kenyataannya.
Tidaklah berlebihan, jika kita tetap saling mengingatkan kepada rekan handai-tolan untuk teruslah bertahan ke masjid atau musolla pada malam-malam Ramadhan ini. Siapa lagi yang akan menyemarakkan masjid atau musolla kecuali umat Islam sendiri. Pertanyaan inilah yang senantiasa menghantui kita, betapa masih labilnya para muslim/ mah di daerah kita jika berhadapan dengan godaan iblis yang menghalangi melaksanakan solat tarawih. Diharapkan para muslimin/ mah yang tetaplah khusyuk beribadah di malam-malam Ramadhan ini.***
Saya ingat, malam-malam awal saya hadir di masjid-masjid di Kecamatan Meral jumlah jamaahnya begitu membludak. Bahkan di salah satu masjid, pada malam pertama Ramadhan itu tidak mudah saya mau melangkah mencapai shaf depan karena padatnya jamaah. Tidak hanya orang dewasa dan tua-tua, jumlah jamaah dari anak-anak justeru sangat banyak. Tentu saja ini menggembirakan orang tua-tua yang berharap generasi muda itu kelak bisa menjadi pengganti mak-bapaknya menyukai masjid atau musolla.
Tapi ternyata padatnya jamaah itu benar-benar hanya di awal Ramadhan saja. Tidak cukup sepekan, sudah mulai kendor shaf-shaf itu. Menjelang hari ke-10 atau ke-15, jamaahnya benar-benar tinggal dua shaf bagian depan saja lagi. Sedih, begitulah keadaannya. Bukan hanya anak-anak yang banyak menghilang dari msjid, tapi orang-orang tua pun entah kemana sebagiannya. Apa sebenarnya yang akan dicari lagi, kecuali bersiap diri untuk menghadapi akhirat nanti?
Benarlah bahwa sebagian jamaah ini memang sudah tidak tahan lagi untuk bertahan di rumah-rumah Allah untuk menyelesaikan ibadah Ramadhan menjelang ke akhirnya. Berharap ampunan dosa dan imbalan pahala, nyatanya waktu-waktu mulia untuk beribadah malah dibuang percuma. Ketika awal puasa, dan ketika masih mendengar tausiah dari para penceramah, sepertinya para jamaah yang memadatkan masjid atau musolla itu, bagaikan tidak akan lagi meninggalkan masjid selama bulan Ramadhan. Tapi inilah kenyataannya.
Tidaklah berlebihan, jika kita tetap saling mengingatkan kepada rekan handai-tolan untuk teruslah bertahan ke masjid atau musolla pada malam-malam Ramadhan ini. Siapa lagi yang akan menyemarakkan masjid atau musolla kecuali umat Islam sendiri. Pertanyaan inilah yang senantiasa menghantui kita, betapa masih labilnya para muslim/ mah di daerah kita jika berhadapan dengan godaan iblis yang menghalangi melaksanakan solat tarawih. Diharapkan para muslimin/ mah yang tetaplah khusyuk beribadah di malam-malam Ramadhan ini.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda