BREAKING NEWS

Rabu, 23 Desember 2015

Besar Pasak Daripada Tiang

Cerpen Dedi Wahyudi



Sebenarnya  aku malu untuk menceritakan tentang kisahku ini. Tapi setelah aku pikir, biarlah kuceritakan agar menjadi sesuatu dan  kenangan yang tak terlupakan dalam dan sepanjang hidupku. Untuk menjadi bekal kehidupan bagi siapapun terutama pembaca kisahku.
Cerita yang ingin kutulis ini terjadi pada tahun 1987 atau sekitar dua puluh delapan (28)  tahun yang lalu. Kisah itu masih kuingat hingga kini. Waktu itu aku duduk di  kelas VI (enam) di Sekolah Dasar swasta di kampungku dan kini sudah berubah menjadi sebuah kabupaten yang cukup disegani dan diperhitungkan dengan daerah lain.
Ketika itu telah selesai ujian akhir kelas yang paling tua di sekolah dasar, kami berencana ingin mengadakan tamasya  atau bahasa kami jalan-jalan ke tempat yang cukup terkenal di daerah kami. Maka bersama wali kelas, Bapak Ameng, kami memanggilnya  seperti itu, bersepakat untuk berlibur ke air terjun yang berada cukup jauh dari sekolah kami. Diperkirakan memakan waktu sekitar satu jam untuk mencapai tempat itu.
Kami menggunakan kendaraan atau alat transportasinya adalah menggunakan bis atau kami menyebutnya bas atau sebutan keren dalam bahasa Inggrisnya yaitu wooden bus dan orang–orang di tempat kami memanggilnya dengan bas kayu. Kendaraan itu dari semenjak aku bersekolah dan hingga kini masih ada. Sangat murah dan nyaman ketika kita masuk ke dalam kendaraan itu. Apalagi kalau pendatang dari luar negeri atau turis yang ingin memakai jasa bas kayu itu.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba.Kami pun menyambut dengan suka cita. Berbagai persiapan telah dilakukan. Kami telah mempersiapkan segala sesuatunya agar tidak ada yang ketinggalan nantinya. Kendaraan yang akan kami naiki sudah menanti di luar pagar sekolah.Sebelum berangkat, kami berbaris, mendengarkan arahan dari bapak wali kelas yang berisikan untuk agar berhati-hati di tempat rekreasi yang akan dituju lalu kami berdoa untuk keselamatan di dalam perjalanan baik sewaktu berangkat dan pulang.Setelah berdo’a, kami pun menaiki kendaraan spesial dari daerah  kami itu. Bukan wali kelas kami saja yang ikut bersama kami ada beberapa lagi guru yang ikut dalam rombongan kami baik yang laki-laki maupun perempuan.
Didalam bas kayu itu kami bergurau senda , bernyanyi bersama-sama sambil memakan makanan dan minuman  ringan yang kami bawa. Tak terasa sudah waktu berjalan begitu cepat.Jalan yang menuju tempat itu bercampur baur. Maksudku ada jalan yang aspalnya mulus, ada yang berlubang-lubang ,dan yang pasti masih ada jalan yang beraspal alias jalan tanah.Semua jalan raya itu kami rasakan. Apapun rasanya kami tidak peduli yang penting dalam pikiran kami adalah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Itu kemauan kami dan merasakan tempat rekreasi yang akan kami tuju.
Lokasi yang dituju sudah kelihatan didepan mata. Aku tak sabar ingin lekas sampai di tempat rekreasi yang cukup terkenal di daerah kami itu.Setelah sampai, kami pun turun dari bas itu. Kami langsung berbaris seperti Tentara Nasional Indonesia yang ingin latihan perang.Wali kelas kami pun langsung sekali lagi memberikan pengarahan agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pak Ameng berkata, ”Anak-anak sekalian selama kita berekreasi, Bapak mengharapkan kamu semua agar tidak melakukan di luar arahan saya. Apabila kamu melakukannya juga kamu akan mendapat hukuman dari saya. Mengerti semua?”
“Mengerti, pak!” jawab kami semua dengan kompak.
Selanjutnya kami berjalan secara beriring-iringan layaknya rombongan sunatan massal.Dalam perjalanan kami bernyanyi agar tidak sunyi.Lagu-lagu yang kami nyanyikan lagu-lagu wajib dan perjuangan. Teman-teman pasti tahu lagu Indonesia Raya, Berkibarlah Benderaku, Dari Sabang Sampai Merauke, Maju Tak Gentar, dan lain sebagainya. Kenapa kami menyanyikan lagu-lagu tersebut?Siapa yang tahu jawabnya? Ada yang bisa menjawab pertanyaan saya? Baiklah kalau tidak  menjawab, saya akan menyebutkan jawabannya karena kami ingin menanamkan rasa patriotisme dalam diri kami yaitu rasa kebangsaan atau memiliki negara Indonesia yang kita cintai ini. Di kiri kanan jalan terlihat berbagai jenis pepohonan yang tumbuh di tempat itu.Jalan-jalan yang kami lewati masih tanah belum ada semenisasi. Burung-burung terbang ke sana ke mari. Bebatuan tampak di kanan dan kiri jalan yang kami telusuri.Letaknya sangat teratur seperti sudah ada yang mengaturnya.Yang pasti Sang Pencipta yang mengatur segala isinya Mereka bernyanyi dengan riang- riangnya.Menambah semarak perjalanan kami. Tanpa terasa tempat rekreasi yang kami tuju pun sudah sampai.
Kami pun langsung mencari tempat berteduh yang kami inginkan. Kami membuat kelompok-kelompok kecil baik laki-laki maupun perempuan. Perlengkapan yang kami bawa sebagai berikut : tas ransel, pakaian ganti, makanan berat seperti nasi, telur, sambal teri dan kacang tanah atau kami menyebutnya sambal teri main bola. Itu makanan favorit kami buatan khas emak yang paling enak sedunianya.Selain itu ada makanan ringan seperti Chitato,Taro atau yang lainnya kami sebut dengan nama Kaka bukan vokali band Slank lho. Lalu ada minuman ringan seperti air mineral dan teh yang kami sudah dipersiapkan dari rumah. Perlengkapan atau peralatan tersebut kami letakan di tempat yang kami anggap baik, aman dan nyaman tentunya.
Di hadapan kami tampaklah kolam-kolam yang berisikan air yang jernih yang berasal dari pegunungan yang arusnya melewati bebatuan sehingga mengalir sampai ke tempat dimana kami berada. Sungguh indah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga membuat kami berpikir untuk menjaga kelestariannya agar tetap terjaga dengan baik dan terhindar dari tangan-tangan yang usil yang ingin merusak ciptaan Tuhan ini. Dan tanpa berpikir panjang lagi, kami semua langsung membasahkan diri. Ada yang langsung terjun ke kolam yang ada dihadapan kami itu. Kolam itu ukurannya besar dan dalamnya lumayan. Aku tak sempat bertanya ke orang berapa meter dalamnya kolam itu atau pun luasnya. Ramai sekali yang mandi di sana. Teman-teman dan guru-guruku langsung memasuki kolam besar. Sedangkan aku dan beberapa orang temanku masih duduk dan memakan makanan yang ada.
Tak lama kemudian seorang teman akrabku memanggilku. Namanya Arip, orangnya tidak tinggi, badannya hitam tapi manis hehehe. ”Ded, mandilah.Airnya jernih,”ajak temanku itu.
“Ah, nanti saja,” jawabku dengan singkat. Lalu aku langsung bertanya,”Kolamnya dalam tidak?” Arip pun menjawab dengan cepat.”Tidak,ayolah,” ujar Arip.Ibarat perenang dunia saja aku pun mengiyakan ajakannya.
”Iya aku terjun nih!” kataku.Padahal aku tidak bisa berenang sama sekali.Tanpa berpikir panjang lagi aku pun langsung terjun ke kolam yang dalam itu. Ternyata aku tidak bisa berenang sama sekali.Aku hampir saja tenggelam ke dalam dasar kolam kalau tidak ditolong oleh seorang guru dan teman-teman.Lalu aku tak dapat menggerakkan kedua kaki dan tanganku sehingga ada namanya Pak Martin,guru kami juga, berteriak,” Ayo tolong Dedi tidak bisa berenang.Angkat dia ke tepi kolam ini!”
Setelah sadar aku hanya duduk di tempat yang teduh dimana peralatan atau perlengkapan yang kami berada. Merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Tanpa ku sadari Arip temanku yang mengajak aku berenang berada disisiku. Aku langsung bertanya kepadanya,”Rip, mengapa kamu bilang  kolam itu tidak dalam ternyata dalam?”  “Maafkan aku, Ded. Aku kira kamu bisa berenang rupanya kamu tidak bisa berenang.” 
Tak lama berselang waktu sudah siang kami pun memakan makanan yang kami bawa dari rumah masing-masing. Setelah makan kami mandi di sekitar kolam besar itu yang bebatuannya tersusun rapi. Sungguh sejuk air pegunungan kepingin rasanya tidak ingin pulang ke rumah. Tapi waktu jua yang membatasi kami untuk mandi di tempat itu. Kami bertukar pakaian dan bersiap-siap untuk pulang lalu  membereskan tempat dimana kami duduk lalu membuang sampah pada tempatnya. Dan kami berjalan menuju tempat dimana kendaraan yang mengantarkan kami sedang menunggu.Kami begitu senang dan gembira melepas lelah setelah mengikuti ujian akhir.
Dan aku mendapatkan sebuah pelajaran yang harus aku ambil hikmahnya. Hikmahnya adalah kita harus mengukur kemampuan kita. Ibarat peribahasa mengatakan besar pasak dari pada tiang. Kita  seharusnya melihat kemampuan yang ada didalam diri kita. Inilah kisahku yang tidak seberapa tetapi dapat untuk dijadikan tauladan bagi semua. Semoga.

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.