Sebenarnya aku malu untuk menceritakan tentang kisahku
ini. Tapi setelah aku pikir, biarlah kuceritakan agar menjadi sesuatu dan
kenangan yang tak terlupakan dalam dan sepanjang hidupku. Untuk menjadi bekal
kehidupan bagi siapapun terutama pembaca kisahku.
Cerita yang ingin kutulis ini terjadi pada tahun 1987 atau
sekitar dua puluh delapan (28) tahun yang lalu. Kisah itu masih kuingat
hingga kini. Waktu itu aku duduk di kelas VI (enam) di Sekolah Dasar
swasta di kampungku dan kini sudah berubah menjadi sebuah kabupaten yang cukup
disegani dan diperhitungkan dengan daerah lain.
Ketika itu telah selesai ujian akhir kelas yang paling tua
di sekolah dasar, kami berencana ingin mengadakan tamasya atau bahasa
kami jalan-jalan ke tempat yang cukup terkenal di daerah kami. Maka
bersama wali kelas, Bapak Ameng, kami memanggilnya seperti itu,
bersepakat untuk berlibur ke air terjun yang berada cukup jauh dari sekolah
kami. Diperkirakan memakan waktu sekitar satu jam untuk mencapai tempat itu.
Kami menggunakan kendaraan atau alat transportasinya adalah
menggunakan bis atau kami menyebutnya bas atau sebutan keren dalam
bahasa Inggrisnya yaitu wooden bus
dan orang–orang di tempat kami memanggilnya dengan bas kayu. Kendaraan
itu dari semenjak aku bersekolah dan hingga kini masih ada. Sangat murah dan
nyaman ketika kita masuk ke dalam kendaraan itu. Apalagi kalau pendatang dari
luar negeri atau turis yang ingin memakai jasa bas kayu itu.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba.Kami pun menyambut
dengan suka cita. Berbagai persiapan telah dilakukan. Kami telah mempersiapkan
segala sesuatunya agar tidak ada yang ketinggalan nantinya. Kendaraan yang akan
kami naiki sudah menanti di luar pagar sekolah.Sebelum berangkat, kami
berbaris, mendengarkan arahan dari bapak wali kelas yang berisikan untuk agar
berhati-hati di tempat rekreasi yang akan dituju lalu kami berdoa untuk
keselamatan di dalam perjalanan baik sewaktu berangkat dan pulang.Setelah berdo’a,
kami pun menaiki kendaraan spesial dari daerah kami itu. Bukan wali kelas
kami saja yang ikut bersama kami ada beberapa lagi guru yang ikut dalam
rombongan kami baik yang laki-laki maupun perempuan.
Didalam bas kayu itu kami bergurau senda , bernyanyi bersama-sama
sambil memakan makanan dan minuman ringan yang kami bawa. Tak terasa
sudah waktu berjalan begitu cepat.Jalan yang menuju tempat itu bercampur baur. Maksudku
ada jalan yang aspalnya mulus, ada yang berlubang-lubang ,dan yang pasti masih
ada jalan yang beraspal alias jalan tanah.Semua jalan raya itu kami rasakan. Apapun
rasanya kami tidak peduli yang penting dalam pikiran kami adalah sampai di
tempat tujuan dengan selamat. Itu kemauan kami dan merasakan tempat rekreasi
yang akan kami tuju.
Lokasi yang dituju sudah kelihatan didepan mata. Aku tak
sabar ingin lekas sampai di tempat rekreasi yang cukup terkenal di daerah kami
itu.Setelah sampai, kami pun turun dari bas itu. Kami langsung berbaris
seperti Tentara Nasional Indonesia yang ingin latihan perang.Wali kelas kami
pun langsung sekali lagi memberikan pengarahan agar tidak melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan. Pak Ameng berkata, ”Anak-anak sekalian selama kita
berekreasi, Bapak mengharapkan kamu semua agar tidak melakukan di luar arahan
saya. Apabila kamu melakukannya juga kamu akan mendapat hukuman dari saya. Mengerti
semua?”
“Mengerti, pak!” jawab kami semua dengan kompak.
Selanjutnya kami berjalan secara beriring-iringan layaknya
rombongan sunatan massal.Dalam perjalanan kami bernyanyi agar tidak sunyi.Lagu-lagu
yang kami nyanyikan lagu-lagu wajib dan perjuangan. Teman-teman pasti tahu lagu
Indonesia Raya, Berkibarlah Benderaku, Dari Sabang Sampai Merauke, Maju Tak
Gentar, dan lain sebagainya. Kenapa kami menyanyikan lagu-lagu tersebut?Siapa
yang tahu jawabnya? Ada yang bisa menjawab pertanyaan saya? Baiklah kalau
tidak menjawab, saya akan menyebutkan jawabannya karena kami ingin
menanamkan rasa patriotisme dalam diri kami yaitu rasa kebangsaan atau memiliki
negara Indonesia yang kita cintai ini. Di kiri kanan jalan terlihat berbagai
jenis pepohonan yang tumbuh di tempat itu.Jalan-jalan yang kami lewati masih
tanah belum ada semenisasi. Burung-burung terbang ke sana ke mari. Bebatuan
tampak di kanan dan kiri jalan yang kami telusuri.Letaknya sangat teratur seperti
sudah ada yang mengaturnya.Yang pasti Sang Pencipta yang mengatur segala isinya
Mereka bernyanyi dengan riang- riangnya.Menambah semarak perjalanan kami. Tanpa
terasa tempat rekreasi yang kami tuju pun sudah sampai.
Kami pun langsung mencari tempat berteduh yang kami
inginkan. Kami membuat kelompok-kelompok kecil baik laki-laki maupun perempuan.
Perlengkapan yang kami bawa sebagai berikut : tas ransel, pakaian ganti,
makanan berat seperti nasi, telur, sambal teri dan kacang tanah atau kami
menyebutnya sambal teri main bola. Itu makanan favorit kami buatan khas
emak yang paling enak sedunianya.Selain itu ada makanan ringan seperti Chitato,Taro
atau yang lainnya kami sebut dengan nama Kaka bukan vokali band Slank
lho. Lalu ada minuman ringan seperti air mineral dan teh yang kami sudah
dipersiapkan dari rumah. Perlengkapan atau peralatan tersebut kami letakan di
tempat yang kami anggap baik, aman dan nyaman tentunya.
Di hadapan kami tampaklah kolam-kolam yang berisikan air
yang jernih yang berasal dari pegunungan yang arusnya melewati bebatuan
sehingga mengalir sampai ke tempat dimana kami berada. Sungguh indah ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa sehingga membuat kami berpikir untuk menjaga kelestariannya
agar tetap terjaga dengan baik dan terhindar dari tangan-tangan yang usil yang
ingin merusak ciptaan Tuhan ini. Dan tanpa berpikir panjang lagi, kami semua
langsung membasahkan diri. Ada yang langsung terjun ke kolam yang ada dihadapan
kami itu. Kolam itu ukurannya besar dan dalamnya lumayan. Aku tak sempat
bertanya ke orang berapa meter dalamnya kolam itu atau pun luasnya. Ramai
sekali yang mandi di sana. Teman-teman dan guru-guruku langsung memasuki kolam
besar. Sedangkan aku dan beberapa orang temanku masih duduk dan memakan makanan
yang ada.
Tak lama kemudian seorang teman akrabku memanggilku. Namanya
Arip, orangnya tidak tinggi, badannya hitam tapi manis hehehe. ”Ded,
mandilah.Airnya jernih,”ajak temanku itu.
“Ah, nanti saja,” jawabku dengan singkat. Lalu aku langsung
bertanya,”Kolamnya dalam tidak?” Arip pun menjawab dengan cepat.”Tidak,ayolah,”
ujar Arip.Ibarat perenang dunia saja aku pun mengiyakan ajakannya.
”Iya aku terjun nih!” kataku.Padahal aku tidak bisa berenang
sama sekali.Tanpa berpikir panjang lagi aku pun langsung terjun ke kolam yang
dalam itu. Ternyata aku tidak bisa berenang sama sekali.Aku hampir saja
tenggelam ke dalam dasar kolam kalau tidak ditolong oleh seorang guru dan
teman-teman.Lalu aku tak dapat menggerakkan kedua kaki dan tanganku sehingga
ada namanya Pak Martin,guru kami juga, berteriak,” Ayo tolong Dedi tidak bisa
berenang.Angkat dia ke tepi kolam ini!”
Setelah sadar aku hanya duduk di tempat yang teduh dimana
peralatan atau perlengkapan yang kami berada. Merenungkan kejadian yang baru
saja terjadi. Tanpa ku sadari Arip temanku yang mengajak aku berenang berada
disisiku. Aku langsung bertanya kepadanya,”Rip, mengapa kamu bilang kolam
itu tidak dalam ternyata dalam?” “Maafkan aku, Ded. Aku kira kamu bisa
berenang rupanya kamu tidak bisa berenang.”
Tak lama berselang waktu sudah siang kami pun memakan makanan
yang kami bawa dari rumah masing-masing. Setelah makan kami mandi di sekitar
kolam besar itu yang bebatuannya tersusun rapi. Sungguh sejuk air pegunungan
kepingin rasanya tidak ingin pulang ke rumah. Tapi waktu jua yang membatasi
kami untuk mandi di tempat itu. Kami bertukar pakaian dan bersiap-siap untuk
pulang lalu membereskan tempat dimana kami duduk lalu membuang sampah
pada tempatnya. Dan kami berjalan menuju tempat dimana kendaraan yang
mengantarkan kami sedang menunggu.Kami begitu senang dan gembira melepas lelah
setelah mengikuti ujian akhir.
Dan aku mendapatkan sebuah pelajaran yang harus aku ambil
hikmahnya. Hikmahnya adalah kita harus mengukur kemampuan kita. Ibarat
peribahasa mengatakan besar pasak dari pada tiang. Kita seharusnya
melihat kemampuan yang ada didalam diri kita. Inilah kisahku yang tidak
seberapa tetapi dapat untuk dijadikan tauladan bagi semua. Semoga.
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda