BREAKING NEWS

Rabu, 01 Juni 2016

Mengenang Pancasila

TIBA-tiba kita harus mengingatnya. Ya, kita harus bahkan wajib mengenangnya lagi. Ketika terbangun, Rabu (01/06) subuh ini, hujan lebat menyambut waktu, di kampungku, Wonosari, Karimun. Tak disangka, karena malam menjelang mata terpejam, rasanya tak akan ada hujan selebat itu. Nyatanya, bangun subuh seperti subuh-subuh berlalu, selimut terasa kurang hangat. Ditambah penyejuk ruangan yang belum dimatikan. Hujan subuh benar-benar mengejutkan.

Selain waktu subuh yang disiram hujan lebat, kita tentu ingat tentang Pancasila dasar negara yang diyakini lahirnya hari ini (menurut sebagian) atau lahirnya kemarin, 29 Mei (menurut sebagian lagi) atas sejarah pidato Sukarno atau M. Yamin itu. Jika ingin terus berdebat perihal kapan sebenarnya lahirnya Pancasila yang sudah ditetapkan sebagai dasar negara, maka perdebatan itu pasti tidak akan pernah habis. Tidak hanya perdebatan, tapi bisa pula menimbulkan perbedaan di antara se-Bangsa dan se-Tanah Air.

Tapi substansinya bukan di perbedaan itu. Justeru menjadi kerisauan bangsa ini, saat ini karena sejak reformasi, konon Pancasila sudah dilupakan dan dibiar 'pergi'. Maka (konon juga) terjadilah korupsi, manipulasi dan banyak kejahatan dan pelanggaran lainnya lagi. Pemerkosaan masif oleh orang-orang tak bermoral dan tak jelas amalan agamanya (otomatis tidak melaksanakan nilai-nilai Pancasila), telah menimbulkan ketakutan. Anak-anak kecil hingga remaja, sudah begitu banyaknya yang menjadi binasa. Mereka seperti hilang atau dihilangkan masa depannya oleh berbagai kejahatan itu. 

Kita sesungguhnya menyadari, jika agama diamalkan dan Pancasila terus dipertahankan juga, tentulah itu tidak akan terjadi. Orang-orang beragama, dipastikan tidak akan melakukan kejahatan jika agama itu memang serius diamalkan. Setiap kejahatan yang dilakukan, bukan hanya akan merusak dan menghancurkan dirinya, keluarganya dan orang-orang di sekelilingnya, tapi pasti pula akan menghancurkan bangsa dan negaranya. Sebagai pribadi anak bangsa, bangsa jualah yang akhirnya menjadi pertaruhan kehancuran atas kejahatan yang berulang-ulang dilakukan itu.

Maka, ketika kita masih terbangun pada pagi ini, awal Juni yang menjadi salah satu tonggak sejarah bangsa ini, mari kita kenang lahirnya kembali Pancasila yang dulu pernah kita sebut sakti. Pancasila sebagai landasan dan pondasi bernegara, mengajarkan kita untuk tidak hanya bersatu, tapi juga mengingatkan kita untuk meyakini dan mengamalkan agama kita di Pancasila sudah dipatri pendiri bangsa di urut nomor satu. Dengan sila pertama 'Ketuahan Yang Maha Esa' artinya agama adalah dasar awal kita dalam berbangsa dan bernegara. Maka mari kita amalkan agama kita, meskipun agama kita itu berbeda-beda dalam akidah dan keyakinan di kasat mata. Dalam perspektif bernegara agama pasti memandang sama, bagaimana mempertahankan dan menjaganya. Agama sudah psti mewajibkan penganutnya untuk menjaga bangsa dan negara. Dan Pancasila pun mengajarkan kita untuk menjaga dan memelihara Bangsa ini. Dengan ajarannya seumpama, saling toleransi, saling menerima dan memberi demi bangsa dan negara yang madani maka agama dan Pancasila adalah dua sisi mata uang yang membuat bangasa dan negara kita mempunyai harga yang tak terhingga.

Jangan lagi kita perbesar siapa yang layak sebagai pencetus lahirnya Pancasila. Antara pidato Muhammad Yamin pada 29 Mei 1945 dan pidato Sukarno tiga hari berikutnya, tidak perlu menjadi dasar pertelagahan kita, anak bangsa. Bahkan pengukuhan Pancasila sebagaimana urutan hari ini pada 18 Agustus 1945, juga tidak harus menjadi dasar pertengkaran kita. M. Yamin dengan bijaknya menyebut pidato dan ucapan Sukarno adalah pidato dengan isi substansi yang layak menjadi dasar negara. M. Yamin tidak menepuk dada walau isi dan substansi yang sama itu pula yang sudah disebutnya tiga hari sebelumnya. Lalu, apakah kita akan terus berdebat antara Sukarno yang akhirnya menjadi presiden pertama dengan M. Yamin dalam mengenang Pancasila?

Bukan itu yang harus dibahas. Mari dikenang dan kembali diingat bahwa sejak reformasi, konon Pancasila sudah terbiar dan seolah-olah tidak dikenang lagi dalam bentuk bukti perangai dan tindak-tanduk sehari-hari. Tata hidup moral bangsa kita, konon kian rusak karena Pancasila sudah tidak dihiraukan lagi. Mungkin benar bahwa dalam bernegara kita tidak lagi menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya dasar. Akibatnya begitu banyak kejahatan yang berujung akan hancurnya bangsa dan negara kita. Pancasila yang jelas-jelas menjadikan Tuhan sebagai dasar kehidupan, kita tinggalkan. Dan itu juga sebabnya kejahatan demi kejahatan terjadi.

Maka marilah kita kenang Pancasila agar bangsa dan negara kita menjadi kuat dan  kita kian taat dalam beragama karena Pancasila yang kuat itu adalah Pancasila yang kunci utamanya adalah ajaran dan pengamalan agama kita. Jika Pemerintah merasa perlu menetapkan hari lahirnya Pancasila atas dasar perdebatan yang tak kunjung usai, sebaiknya memang begitulah adanya. Jangan dibiarkan berlama-lama rakyat dan bangsa ini berdebat tentang lahirnya Pancasila.  Konon, lagi bahwa Pemerintah memang akan mengeluarkan keputusannya tentang penetapan Hari Lahirnya Pancasila pada tahun ini juga. Semoga. JAYA PANCASILA, JAYA BANGSA DAN NEGARA KITA, INDONESIA. (Karimun, 2015)***

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.