BREAKING NEWS

Selasa, 31 Mei 2016

Puisi

Oleh K.damhaR



Air Mataku yang terkahir

Sudah saatnya kapal ini kau layarkan.
Meninggalkan dermaga hatiku yang telah kau singgahi.
Berlayarlah jauh sejauh mata yang tak mampu memandang.
Sangat jauh dari hingar bingar yang dapat ku dengar.
Hingga bayang mu tak menari di lensa, nyanyi mu tak memerdukan telinga.


Berlayarlah jauh, arungi dentuman ombak nasib yang mendatang.
Tantanglah kekuatan angin yang menerjang layarmu.
Topanglah hujan yang membadai badan kapalmu.
Nahkodai kapalmu, kendalikan syahwatmu, agar kau tahu birunya laut yang bersahabat.

Ini air mataku yang terakhir, mengantarmu untuk berlayar.
Biarlah terkuras habis tak bersisa air mata ku, agar tak ada lagi tangis untuk mu saat kau tak disampingku.
Biarlah kutuangkan air mataku, untuk kau yang terakhir, karena esok haram air mataku menangisi engkau.
Yang tak pantas adalah aku untuk engkau.
Jangan kau risaukan airmataku, berlayarlah jauh.
Cari dermaga yang mampu merampungkan cintamu.
Bersandarlah pada dermaga itu, agar tak ada lagi air mataku terakhir.

Guntung Punak, 20 Febuari 2014




Mengapa Aku Sarjana
Mengapa aku sarjana?
Saat rezeki yang ku kais, tapi ibu ku masih selalu menangis
Saat tawa ku penuh semangat, tapi Ayah ku masih memeras keringat.

Mengapa Aku sarjana?
Saat aku sedang mengeja, tapi saudara ku masih buta aksara.
Saat Aku memanen buku, tapi adikku hanya gigit kuku.
Saat laptop ku bergambar apel, tapi adik ku masih bermain ketapel

Mengapa aku sarjana?
Ketika ayam berebut jagung, tapi aku masih asyik termenung
Ketika kopi tak lagi hitam, tapi aku masih terdiam.
Ketika matahari sudah terbit, tapi mata ku enggan mengintip.

Mengapa aku tetap sarjana?
Andai jiwa masih mencumbu sombong, dan tutur masih berkata bohong.
Andai orang selalu terluka, dengan sikap ku yang semena-mena.

Mengapa aku harus Sarjana
Karena aku ingin bercinta, dan sebagai syarat berumah tangga.
Karena niat ingin menjalin, sampai menghutang untuk mas kawin.

Dan akhirnya,
Aku tidak mau sarjana,
Jika mengawali sebuah cerita, tapi Bismillah masih ku lupa.
Jika Azan masih bergema, tapi karya mengajak lupa.
Jika beribadah hanya untuk pahala, jika masih ingat surga dan neraka.

Dengan semua itu, mengapa aku sarjana?
Dengan semua itu, aku belum pantas disarjana.

Pekanbaru, 05 Mei 2014



Sarjana Pendidikan
Sebuah cacatan sejarah telah merangkai kisah dan peristiwa
Menjadikan tong untuk menampung perjalanan  yang menambah goresan pada nama.
Dan akhirnya menganggap
Rasa bangga pada hati yang kadang tak tahu mana tanggung jawab.

Kerasnya kursi universitas, dan terbuangnya rupiah pada kertas-kertas
Berupaya menjadi berkas, sebagai tanda diri berlegalitas.
Walaupun  tahu terkdang hanya sebagai formalitas.
Bagian itu juga menjadi catatan sejarah yang bisa membekas.

Sejarah juga mencatat,
Tentang perilaku.
Yang bersengama dengan buku,
Berharap untuk mengenyangkan otak dengan ilmu,
Yang bercumbu dengan pengalaman menjadikan ia guru.
Yang kau dapatkan dari kata pepatah mu.
Meresapkan teori demi teori, berkicau dengan otak mu.
Perangai itu tak kan pernah membuat malu.

Sarjana pendidikan
Tanda jasa perih karya, perih jiwa, luka nilai, dan upah letih.
Sarjana pendidikan
Telah merangkai sejarah perjalanan kisah mu,
Untuk menambahkan gelar pada nama mu,
tanpa kau maknakan jadi apa akhirnya dirimu.
Berkacalah pada sejarah kisah mu, yang telah memiliki gelar pada nama,
Yang telah membawa pada toga wisuda,
Yang telah mengiring rasa bangga,
Untuk menjadi seorang sarjana.




Minggu Terkahir, September 2013
Pendopo FKIP UIR


Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.