SALAH satu keputusan rekomendasi Musda (Musyawarah Daerah) LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran) Provinsi Kepri bersempena MTQ (Musbaqoh Tilawatil Quran) Tingkat Provinsi Kepri ke-6 baru-baru ini adalah agar ditiadakan pelaksanaan STQ (Seleksi Tilawatil Quran) ke depannya. Jika tidak mungkin pada tahun 2017 karena sudah terlanjur diputuskan pada STQ 2015 lalu, paling lambat pada ajang STQ tahun 2019 sudah tidak ada lagi STQ-nya. Yang ada adalah MTQ saja lagi.
Selama ini, di tingkat provinsi --mungkin juga di tingkat kabupaten-- kegiatan lomba membaca alquran dan segala ikutannya selalu diselang-seling antara kegiatan MTQ dan STQ. Setiap tahun ganjil diadakan kegiatan STQ sementara pada tahun genap diadakan kegiatan MTQ. STQ terakhir adalah STQ ke-5 di Natuna pada tahun 2015 lalu itu. Sementara MTQ terakhir adalah MTQ ke-6 pada tahun ini di Tanjungpinang setelah MTQ-ke-5 di Karimun pada tahun 2014 lalu.
Lalu apa beda pelaksanaan MTQ dengan STQ hingga harus diubah keduanya menjadi MTQ? Sesuai ketentuan, pada ajang STQ tidak sampai memperlombakan berbagai cabang MTQ, sementara pada MTQ ada begitu banyak cabang lomba yang diadakan. Jika pada STQ hanya ada cabang tilawah (anak-anak dan dewasa) ditambah hifzil quran saja sementara pada MTQ cabang dan tingkatnya sangat banyak. Untuk cabang tilawah, misalnya tingkatannya dari anak-anak, remaja dan dewasa, kesemuanya putera dan puteri. Lalu ada cabang tartil, cacat netra dan qiroah. Untuk cabang hifzil, dimulai dari satu juz plus tilawah, lima juz plus tilawah sampai ke 10, 20 dan 30 juz. Ada pula cabang tafsir (bahasa Indonesia, Arab dan Inggeris).
Selain itu juga ada cabang fahmil quran, syarhil quran, khottil quran, dan MMQ. Bahkan masih ada kemungkinan akan ditambah beberapa cabang dan tingkatan lagi. Jumlah pesertanya bisa mencapai hampir 50 orang untuk setiap daerah yang mengikutinya. Berbeda dengan lomba pada STQ yang pesertanya terbatas lima atau enam orang saja. Artinya dari segi pembiayaan juga sangat berbeda. Biaya yang berbeda ini, selain karena jumlah pesertanya, juga dalam pelaksanaannya yang dibuat begitu meriah dengan aneka acara lainnya. Pada momen MTQ juga ada bazar atau pameran produk keagamaan dan hasil kerajinan masyarakat. Intinya, MTQ sangat meriah dengan aneka lomba yang lengkap sementara pada STQ hanya sederhana saja. Bahkan lombanya hanya dibuat di masjid atau musolla saja. Kegiatan MTQ dan atau STQ ini bejenjang dari daerah (lurah/ desa) hingga ke tingkat nasional.
Nah, pada Musda tahun ini diusulkanlah oleh peserta dan disepakati juga secara bulat agar ke depannya tidak ada lagi STQ di Provinsi Kepri ini. Yang ada hanyalah MTQ saja walaupun dengan biaya yang tentu saja sangat besar. Alasan rekomendasi ini adalah karena ternyata di kabupaten sudah ada daerah yang memutuskan untuk hanya pelaksanaan MTQ saja setiap tahunnya. Tidak lagi diselang-seling sebagaimana biasanya. Setidak-tidaknya, Kabupaten Karimun sudah membuat keputusan tersebut. Dan tentu saja akan diikuti oleh kabupaten lainnya. Makanya sekalian saja agar ke depannya di tingkat provinsi (Kepri) hanya ada MTQ saja. Tidak ada lagi STQ. Dan karena sifatnya hanya rekomendasi (usulan) tentu saja terserah Pemerintah Provinsi yang akan memutuskannya. Kita tunggu saja. ***.
Bupati, Ketua Kafilah dan Gubernur pada MTQ Kabupaten |
Lalu apa beda pelaksanaan MTQ dengan STQ hingga harus diubah keduanya menjadi MTQ? Sesuai ketentuan, pada ajang STQ tidak sampai memperlombakan berbagai cabang MTQ, sementara pada MTQ ada begitu banyak cabang lomba yang diadakan. Jika pada STQ hanya ada cabang tilawah (anak-anak dan dewasa) ditambah hifzil quran saja sementara pada MTQ cabang dan tingkatnya sangat banyak. Untuk cabang tilawah, misalnya tingkatannya dari anak-anak, remaja dan dewasa, kesemuanya putera dan puteri. Lalu ada cabang tartil, cacat netra dan qiroah. Untuk cabang hifzil, dimulai dari satu juz plus tilawah, lima juz plus tilawah sampai ke 10, 20 dan 30 juz. Ada pula cabang tafsir (bahasa Indonesia, Arab dan Inggeris).
Selain itu juga ada cabang fahmil quran, syarhil quran, khottil quran, dan MMQ. Bahkan masih ada kemungkinan akan ditambah beberapa cabang dan tingkatan lagi. Jumlah pesertanya bisa mencapai hampir 50 orang untuk setiap daerah yang mengikutinya. Berbeda dengan lomba pada STQ yang pesertanya terbatas lima atau enam orang saja. Artinya dari segi pembiayaan juga sangat berbeda. Biaya yang berbeda ini, selain karena jumlah pesertanya, juga dalam pelaksanaannya yang dibuat begitu meriah dengan aneka acara lainnya. Pada momen MTQ juga ada bazar atau pameran produk keagamaan dan hasil kerajinan masyarakat. Intinya, MTQ sangat meriah dengan aneka lomba yang lengkap sementara pada STQ hanya sederhana saja. Bahkan lombanya hanya dibuat di masjid atau musolla saja. Kegiatan MTQ dan atau STQ ini bejenjang dari daerah (lurah/ desa) hingga ke tingkat nasional.
Peserta Cabang Fahmil MTQ Provinsi 2016 |
Nah, pada Musda tahun ini diusulkanlah oleh peserta dan disepakati juga secara bulat agar ke depannya tidak ada lagi STQ di Provinsi Kepri ini. Yang ada hanyalah MTQ saja walaupun dengan biaya yang tentu saja sangat besar. Alasan rekomendasi ini adalah karena ternyata di kabupaten sudah ada daerah yang memutuskan untuk hanya pelaksanaan MTQ saja setiap tahunnya. Tidak lagi diselang-seling sebagaimana biasanya. Setidak-tidaknya, Kabupaten Karimun sudah membuat keputusan tersebut. Dan tentu saja akan diikuti oleh kabupaten lainnya. Makanya sekalian saja agar ke depannya di tingkat provinsi (Kepri) hanya ada MTQ saja. Tidak ada lagi STQ. Dan karena sifatnya hanya rekomendasi (usulan) tentu saja terserah Pemerintah Provinsi yang akan memutuskannya. Kita tunggu saja. ***.
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda