SELAMA sepuluh hari --18 s.d. 27 Juni 2016-- mengikuti Pelatihan Instrktur Nasional Daerah 3 T di Hotel MG Setos, Semarang begitu banyak pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan. Baru memasuki hari ketiga hari Senin ini, rasanya begitu penting kegiatan ini. Selain untuk keperluan rekan-rekan guru yang nanti akan menjadi sasaran dalam pelatihan Guru Pembelajar berikutnya, sesungguhnya pelatihan ini akan lebih berguna untuk diri sendiri.
Ada beberapa materi pelatihan yang akan diikuti oleh sebanyak 160 orang peserta dalam pelatihan ini, seperti 1) Kebijakan Pengembangan dan Pembinaan Karir Guru; 2) Program Guru Pembelajar; 3) Overview Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar yang dibagi menjadi, a) Petunjuk Teknis Moda Tatap Muka dan b) Petunjuk Teknis Moda Dari; 4) Literasi TIK Pendukung Pembelajaran Daring; 5) Pendekatan Andragogi; 6) Kajian dan Simulasi Penggunaan Modul Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar serta beberapa mata tatar lainnya. Setiap hari kegiatan berlangsung sejak pukul 07.30 hingga pukul 21.00 dengan ketentuan bahwa malam hari (selepas berbuka puasa) bersifat Tugas Mandiri (TM) yang dilaksanakan oleh masing-masing pribadi dan atau kelompok.
Para guru yang diikutkan dalam kegiatan ini adalah para guru yang memperoleh nilai UKG (Uji Kompetensi Guru) tertinggi. Para guru ini akan dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi IN (Instruktur Nasional) jika mampu lulus dengan perolehan nilai terbaik pula. Di dalamnya terdapat guru Mata Pelajaran dan para guru yang bertugas di daerar 3 T (Terluar, Tertinggal dan Terdepan) yang akan bertugas nantinya di daerah masing-masing. Menurut laporan ketua panitia pelaksana pada malam pembukaan (Sabtu Malam), dari 160 orang guru yang ikut terdiri dari guru Matematika dan Bahasa Indonesia yang berasal dari 20-an provinsi se-Indonesia.
Para guru yang diikutkan dalam kegiatan ini adalah para guru yang memperoleh nilai UKG (Uji Kompetensi Guru) tertinggi. Para guru ini akan dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi IN (Instruktur Nasional) jika mampu lulus dengan perolehan nilai terbaik pula. Di dalamnya terdapat guru Mata Pelajaran dan para guru yang bertugas di daerar 3 T (Terluar, Tertinggal dan Terdepan) yang akan bertugas nantinya di daerah masing-masing. Menurut laporan ketua panitia pelaksana pada malam pembukaan (Sabtu Malam), dari 160 orang guru yang ikut terdiri dari guru Matematika dan Bahasa Indonesia yang berasal dari 20-an provinsi se-Indonesia.
Ada harapan berat yang diharapkan dalam pelatihan ini, yaitu ketika mendengar pidato Pak Mendikbud --via video-- yang disampaikan oleh Pak Dirjen ketika membuka secara resmi kegiatan Pelatihan Instruktur Nasional Sabtu malam itu. Kata Pak Anies Baswedan antara lain, "Jadilah guru pembaharu; jadilah guru mencerahkan dan menginspirasi." Menjadi guru pembaharu yang mencerahkan, bisakah? Inilah pertanyaan berat dan akan berat juga menjawabnya.
Sebagai guru dengan misi seperti itu, tentu saja diasumsikan bahwa para guru yang ikut ini adalah para guru yang sudah berkemampuan untuk menjadi agen pembaharu dan mencerahkan bagi para guru lainnya. Data buruk hasil UKG secara umum yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, adalah tantangan utama dari para guru yang akan dicalonkan menjadi IN atau setidak-tidaknya menjadi mentor, itu nantinya. Padahal belum pasti dan tidak ada jaminan bahwa para guru yang kebetulan mampu meraih nilai UKG yang lebih tinggi berbanding teman-temannya yang lain, adalah para guru yang benar-benar berkemampuan baik. Sesungguhnya hasil yang diperoleh itu tidaklah terlalu tinggi.
Menurut catatan Kemdikbud, hasil UKG tahun 2014 memang lebih baik dari pada hasil UKG tahun 2012 lalu. Namun ternyata masih ada yang mendapatkan nilai 0,75 alias tidak mampu mendapatkan angka 1 (satu). Sungguh menyedihkan, kata Pak Dirjen. Para guru dengan nilai yang masih sangat rendah itu masih sangat banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu ada program Guru Pembelajar ini, agar para guru mau belajar untuk meningkatkan kompetensi dirinya.
Akankah para guru yang ikut dalam pelatihan IN ini akan benar-benar mampu mengubah cara berpikir dan cara bertindak (yang salah) dari para guru Indonesia sebagaimana yang ada selama ini? itulah tantangan berat yang akan dihadapi para calon IN ini. Semoga saja mereka mampu.***
Salah satu sesi kegiatan dalam pelatihan IN |
Sebagai guru dengan misi seperti itu, tentu saja diasumsikan bahwa para guru yang ikut ini adalah para guru yang sudah berkemampuan untuk menjadi agen pembaharu dan mencerahkan bagi para guru lainnya. Data buruk hasil UKG secara umum yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, adalah tantangan utama dari para guru yang akan dicalonkan menjadi IN atau setidak-tidaknya menjadi mentor, itu nantinya. Padahal belum pasti dan tidak ada jaminan bahwa para guru yang kebetulan mampu meraih nilai UKG yang lebih tinggi berbanding teman-temannya yang lain, adalah para guru yang benar-benar berkemampuan baik. Sesungguhnya hasil yang diperoleh itu tidaklah terlalu tinggi.
Menurut catatan Kemdikbud, hasil UKG tahun 2014 memang lebih baik dari pada hasil UKG tahun 2012 lalu. Namun ternyata masih ada yang mendapatkan nilai 0,75 alias tidak mampu mendapatkan angka 1 (satu). Sungguh menyedihkan, kata Pak Dirjen. Para guru dengan nilai yang masih sangat rendah itu masih sangat banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu ada program Guru Pembelajar ini, agar para guru mau belajar untuk meningkatkan kompetensi dirinya.
Akankah para guru yang ikut dalam pelatihan IN ini akan benar-benar mampu mengubah cara berpikir dan cara bertindak (yang salah) dari para guru Indonesia sebagaimana yang ada selama ini? itulah tantangan berat yang akan dihadapi para calon IN ini. Semoga saja mereka mampu.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda