Dari Google.com |
Puisi
(M. Rasyid Nur)
ketika mata tak lagi
melihat ketika telinga tak lagi
mendengar ketika hati tak lagi
merasa ketika pikiran tak lagi
terluruskan
di jalan-nya
melihat ketika telinga tak lagi
mendengar ketika hati tak lagi
merasa ketika pikiran tak lagi
terluruskan
di jalan-nya
aku adalah binatang tersesat yang
lebih tersesat
dari pada kesesatan menjerumuskan ke
kehancuran lobang terdalam
gelora api tak teredam
lebih tersesat
dari pada kesesatan menjerumuskan ke
kehancuran lobang terdalam
gelora api tak teredam
dia panggil aku tapi
aku tak menyahut
dia sapa aku tapi
aku tak menoleh
dia bela aku tapi
aku tak peduli
aku tak menyahut
dia sapa aku tapi
aku tak menoleh
dia bela aku tapi
aku tak peduli
dia limpahkan beribu dan berjuta nikmat tapi
aku laknat dan khianat
aku benar-benar tersesat
aku adalah orang yang tersesat
diantara yang paling tersesat
manusia sesat yang tak
berkesempatan tobat
padahal dia adalah zat
penerima tobat umat tanpa pamrih dan umpat
diantara yang paling tersesat
manusia sesat yang tak
berkesempatan tobat
padahal dia adalah zat
penerima tobat umat tanpa pamrih dan umpat
ketika siang berganti
malam berganti
pagi berganti
malam berganti
pagi berganti
siang berganti lagi dan berganti
lagi berganti dan lagi dan lagi dan lagi
hanya ada menyesali tapi
tiada lagi berarti karena tangis pun tak berbunyi
tiada tobat dalam tersesat
Langkah Asa : 26 Mei 2013
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda