INILAH cara baru dan untuk pertama kali berlaku: penyerahan hasil UN disirami air kembang. Ide yang seolah nyeleneh, namun cukup inovatif dan brilian ini dilakukan salah satu sekolah di Pulau Karimun dalam acara pengumuman kelulusan UN. Sebelum setiap siswa menerima ampelop berisi pengumuman kelulusan, mereka terlebih dahulu disiram air kembang yang sudah didoakan. Tentu saja doanya berisi harapan, kiranya para siswa menerima dengan ikhlas hasil apapun dari UN yang mereka sudah lewati. Lebih dari itu, harapan akan keselamatan untuk warga sekolah yang akan melepaskan siswa kelas XII.
Sore Sabtu (07/05) itu adalah hari istimewa dan hari yang ditunggu-tunggu siswa kelas akhir SMA sederajat di Tanah Air, termasuk di Kabupaten Karimun. Sesuai yang sudah ditetapkan Pemerintah, sore akhir pekan itu akan disampaikan hasil UN tahun 2016. Setiap siswa SMA/ MA dan SMK diharapkan datang ke sekolah untuk menerima/ mendengarkan pengumuman kelulusan kelas XII.
Menanti kelulusan adalah bak menanti debaran jantung yang terkadang tak tertahankan dentumannya. Setiap siswa yang menanti pengumuman pastilah berdebar jantungnya menerima penguman. Yang membuat jantung berdegup kencang itu adalah, apakah lulus atau tidak lulus dalam ujian yang baru saja dilakukan. Maka tidak heran, jika para peserta UN sering salah melepaskan rasa gembiranya ketika mengetahui bahwa di lulus UN atau lulus dari sekolah. Lazimnya mereka berlompatan, berpelukan lalu saling mencoret baju dengan spidol dan atau dengan cat pilot yang selalu sudah disediakan sebelum pengumuman disampaikan. Terakhir mereka akan naik kendaraan ugal-ugalan sehingga mengganggu lalu-lintas di jalan. Gangguan lalu lintas adalah satu hal, tapi mencorat-coret baju seragam sekolah hingga tampak kotor adalah masalah lainnya.
Air yang Sudah Didoakan |
Tradisi cora-coret baju yang sejatinya baju itu bisa disumbangkan kepada orang-orang yang masih membuthkan terbukti tetap ada setiap akhir tahun pelajaran pasca penyampaian pengumuman. Hampir semua siswa di semua sekolah, menjadikan pengumuman kelulusan sebagai ajang pelampias kegembiraan dengan cara mencorat-coret baju seragam sekolahnya. Sekolah, sesungguhnya tidak menyukai bahkan melarang kebiasaan buruk itu.
Banyak cara pula dicoba dilakukan sekolah agar tradisi buruk itu bisa dihilangkan. Terkadang dengan memakai baju kurung ke sekolah ketika pengumuman disampaikan. Dengan memakai seragam baju kurung diharapkan mereka tidak tega mengotori baju kurungnya. Tapi rupanya, bagi mereka yang sudah keranjingan dengan tradisi corat-coret baju itu, merreka malah membawa baju seragamnya dan memasukkannya ke dalam tas. Nanti setelah proses pengumuman selesai, mereka berganti pakaian dan tetap saja melakukan corat-coret pakaian.
Selain itu, ada juga sekolah dengan mendatangkan orang tua, ketika pengumuman disampaikan. Harapannya agar mereka tidak berani mencoret bajunya di hadapan orang tuanya. Tapi ternyata masih tetap ada para siswa yang melakukan kebiasaan mencoret baju seragam. Maka dicobalah dengan membasahkan baju mereka ketika penyampaian pengumuman itu.
Adalah SMA Negeri 3 Karimun yang membuat satu terobosan untuk mencoba menghilangkan atau mengurangi kebiasaan corat-coret baju di kalangan siswa ketika penyampaian pengumuman kelulusan. Pada hari Sabtu (07/05) kemarin itu, sesuai kesepakatan para guru ketika rapat kelulusan, setiap siswa yang akan menerima ampelop berisi pengumuman kelulusan, akan disiram terlebih dahulu. Setiap kelas disiapkan satu atau dua ember air yang sengaja diberi kembang di dalamnya.
Melingkar Setiap Kelas |
Sebenarnya air itu, bukanlah air kembang tapi air yang sudah terlebih dahulu didoakan untuk keselamatan anak-anak dan warga sekolah. Sebelum prosesi siraman air kembang itu, mereka dibuat melingkar dalam setiap kelas dengan air dan wali kelasnya berada di bagian tengah. Acara diawali dengan doa lalu pengarahan Kepala Sekolah dan seorang anggota kepolisian.
Setelah diumumkan para siswa yang berhasil meraih nilai UN tertinggi (rangking 1,2, dan 3 untuk IPA dan IS) dimulailah prosesi siraman badan dengan Kepala Sekolah menyiram siswa yang menjadi juara. Dengan pakaian yang sudah basah, diharapkan mereka tidak lagi menulis (mencoret-coret) bajunya dengan spidol sebagaimana biasanya. Dengan badan yang basah, juga diharapkan mereka merasa agak sejuk dan tidak panas badan dan hatinya.
Terakhir, untuk semua siswa yang lain, langsung disiram oleh para wali kelas dengan dibantu oleh guru-guru lain. Ternyata cukup menarik bagi siswa dan orang tua yang kebetulan hadir di sekolah. Bahkan ke depan direncanakan kegiatan ini akan dilibatkan orang tuanya. Maksudnya, orang tuanya diundang untuk menyaksikan. Dan setelah ampelop pengumunan dibagikan, mereka langsung pulang bersama orang tuanya. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi mencoret-coret bajunya. Jadi, tergetnya, badannya disiram kembang, tradisi coret-coret pun dibuang. Bisakah?***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda