SEJATINYA ajang MTQ (Musbaqoh Tilwatil Quran) adalah kesempatan berlomba dalam kebaikan. "Fastabiqul khairaat," kata kata Tuhan dalam alquran. Berlomba-lombalah untuk kebaikan, begitulah perintah-Nya. Tidak dilarang hamba-Nya berlomba asal dalam koridor kebaikan dan ketakwaan. Bersaing secara sehat dan demi amanat, tidak ada salahnya. Justeru dianjurkan.
Jika MTQ dikatakan sebagai sebuah ajang perlombaan, maka lomba pada MTQ alias membaca alquran sesungguhnya adalah lomba dalam kebaikan dan ketakwaan. Orang berlomba membaca untuk menjadi yang terbaik. Bagaimana bacaannya dan ketepatan hurufnya, bagaimana gaya-irama atau lagu dan suaranya, dan bagaimana pula ketepatan berhenti dan pengulangannya. Itulah yang lazim dinilai oleh Dewan Hakim pada lomba yang disebut MTQ itu.
Selain lomba membaca (tilawah dan tartil) juga ada lomba memahami kandungan alquran lewat syarahan atau jawaban atas beberapa pertanyaan yang lebih dikenal dengan lomba Fahmil Quran dan Syarhil Quran. Juga ada lomba memahami kandungan alquran lewat penafsiran yang disebut dengan lomba tafsir quran. Serta beberapa jenis lomba lain yang ada kaitannya dengan alquran.
Dan karena lomba membaca alquran yang setiap tahun diadakan berperingkat dari bawah (desa/ kelurahan) sampai ke Kecamatan, Kabupaten bahkan Nasional dan Internasional, sejatinya lomba ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lomba ini benar-benar lomba untuk tujuan syiar alquran.
Persoalan mucul ketika ada usaha-usaha tertentu untuk menyelewengkan peraturan dan ketentuan hanya demi mengejar kemenangan. Seringlah dalam suatu ajang MTQ beredar informasi tentang penipuan usia peserta, penipuan asal-usul peserta dan berbagai kecurangan lainnya. Walaupun kecurangan dari Dewan Hakim sudah tidak ada (tidak lagi terdengar) namun kecurangan dari panitia atau ofisial kafilah justeru lebih nyaring bunyinya.
Sekali waktu muncul protes dari salah satu oficial pesrta atau ketua kafilah yang mempersoalkan usia peserta dalam lomba. Menurut sepengetahuan si ofisial, juga berdasarkan kesaksian dan laporan dari teman-temannya bahwa si A sesungguhnya sudah berusia melewati batas peraturan. Namun kenyataannya tetap ikut dalam lomba dengan usia yang berbeda. Anehnya, semua administrasi pendukung peserta (ijazah, KTP atau akte asli) membuktikan usianya adalah benar adanya.
Ternyata semua alat pendukung administrasi itu adalah 'aspal' alias asli tapi palsu. Itulah yang tidak jarang terjadi dalam MTQ. Apakah di ajang MTQ Provinsi Kepri ke-6 tahun ini juga ada? Santer juga isu itu berbunyi. Dan setelah MTQ usai nanti, berita-berita simpang-siur itu akan terbukti benar atau tidaknya.
Jika saja kebohongan itu terus terjadi, masihkah lomba membaca alquran ini dapat disebut sebagai sebuah kebaikan? Masihkah ada manfaatnya dari segi syiar agama? Sudah pasti, tidak. Bahkan justeru akan mendatangkan dosa. MTQ yang semulanya dimaksudkan untuk mencari juara, justeru menjadi ajang tipu-daya dengan label agama. Sungguh tidak diinginkan oleh agama itu sendiri. ***
Sekali waktu muncul protes dari salah satu oficial pesrta atau ketua kafilah yang mempersoalkan usia peserta dalam lomba. Menurut sepengetahuan si ofisial, juga berdasarkan kesaksian dan laporan dari teman-temannya bahwa si A sesungguhnya sudah berusia melewati batas peraturan. Namun kenyataannya tetap ikut dalam lomba dengan usia yang berbeda. Anehnya, semua administrasi pendukung peserta (ijazah, KTP atau akte asli) membuktikan usianya adalah benar adanya.
Ternyata semua alat pendukung administrasi itu adalah 'aspal' alias asli tapi palsu. Itulah yang tidak jarang terjadi dalam MTQ. Apakah di ajang MTQ Provinsi Kepri ke-6 tahun ini juga ada? Santer juga isu itu berbunyi. Dan setelah MTQ usai nanti, berita-berita simpang-siur itu akan terbukti benar atau tidaknya.
Jika saja kebohongan itu terus terjadi, masihkah lomba membaca alquran ini dapat disebut sebagai sebuah kebaikan? Masihkah ada manfaatnya dari segi syiar agama? Sudah pasti, tidak. Bahkan justeru akan mendatangkan dosa. MTQ yang semulanya dimaksudkan untuk mencari juara, justeru menjadi ajang tipu-daya dengan label agama. Sungguh tidak diinginkan oleh agama itu sendiri. ***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda