SPANDUK Gerakan Nusantara Mengaji (GNM) itu bertebaran di banyak tempat, di Ibu Kota Kabupaten Karimun. Atau boleh jadi, juga ada di tempat-tempat lain di luar Karimun. Di spanduk itu, selain tulisan berbunyi "Selamat dan Sukses - Nusantara Mengaji - 300.000 Khataman Alquran Serentak se-Indonesia - 7-8 Mei 2016" ada juga foto tokoh tertentu di situ. Pencitraan? Semua orang boleh jadi menyimpulkan begitu. Spanduk dengan menampilkan wajah orang, otomatis wajah foto itu akan bernilai pencitraan. Itu sudah hukum dugaan.
Tapi apakah spanduk mengajak mengaji itu benar-benar dimaksudkan sebagai pencitraan dan politisasi agama (alquran) oleh pembuat dan pemilik spanduknya? Para pelaksana GNM Karimun sudah berulang-ulang menjelaskan. "Meskipun pencetusnya adalah seorang tokoh agama yang kebetulan ketua partai politik, tapi GNM sama sekali tidak bermuatan politik. Kami yang sibuk-sibuk dan ikut melaksanakan ini, sama sekali bukanlah orang-orang partai. Jadi, saya pastikan ini murni gerakan mengaji dan kesempatan beribadah." Begitu penjelasan Aan di hadapan peserta rapat GNM Kabupaten Karimun beberapa hari lalu. Rapat GNM itu diadakan di ruang rapat Cempaka Putih Kantor Bupati, langsung dipimpin bupati, Aunur Rafiq dan dilanjutkan Wakil Bupati dan Sekda. Peserta rapatnya adalah para pimpinan SKPD dan pejabat dibawahnya se-Kabupaten Karimun.
Bahwa untuk di Karimun, di setiap spanduk GNM yang terpampang, selain ada foto bupati, wakil bupati, Sekda dan beberapa tokoh lainnya, juga ada spanduk dengan foto tokoh politik dari partai tertentu, itu memang benar. Tapi panitia sudah memastikan bahwa kegiatan ini bukanlah kegiatan politik. Apakah karena pencetusnya secara nasional adalah dari partai tersebut, sehingga di daerah juga tokoh politik partai yang sama yang mendominasi, entahlah. Boleh jadi demikian atau juga kebetulan demikian. Yang sudah pasti --dari penjelasan panitia pelaksana-- bahwa kegiatan GNM adalah benar-benar untuk mendoakan bangsa dan negara ini setelah sebelumnya umat Islam mengaji dengan mengkhatamkan (kalau bisa) sebanyak 300.000 kali khatam. Waktu membacanya juga ditetapkan, selepas magrib hari Sabtu (07/05) dan berakhir pada hari Ahadnya, menjelang magrib.
Tapi apakah spanduk mengajak mengaji itu benar-benar dimaksudkan sebagai pencitraan dan politisasi agama (alquran) oleh pembuat dan pemilik spanduknya? Para pelaksana GNM Karimun sudah berulang-ulang menjelaskan. "Meskipun pencetusnya adalah seorang tokoh agama yang kebetulan ketua partai politik, tapi GNM sama sekali tidak bermuatan politik. Kami yang sibuk-sibuk dan ikut melaksanakan ini, sama sekali bukanlah orang-orang partai. Jadi, saya pastikan ini murni gerakan mengaji dan kesempatan beribadah." Begitu penjelasan Aan di hadapan peserta rapat GNM Kabupaten Karimun beberapa hari lalu. Rapat GNM itu diadakan di ruang rapat Cempaka Putih Kantor Bupati, langsung dipimpin bupati, Aunur Rafiq dan dilanjutkan Wakil Bupati dan Sekda. Peserta rapatnya adalah para pimpinan SKPD dan pejabat dibawahnya se-Kabupaten Karimun.
Bahwa untuk di Karimun, di setiap spanduk GNM yang terpampang, selain ada foto bupati, wakil bupati, Sekda dan beberapa tokoh lainnya, juga ada spanduk dengan foto tokoh politik dari partai tertentu, itu memang benar. Tapi panitia sudah memastikan bahwa kegiatan ini bukanlah kegiatan politik. Apakah karena pencetusnya secara nasional adalah dari partai tersebut, sehingga di daerah juga tokoh politik partai yang sama yang mendominasi, entahlah. Boleh jadi demikian atau juga kebetulan demikian. Yang sudah pasti --dari penjelasan panitia pelaksana-- bahwa kegiatan GNM adalah benar-benar untuk mendoakan bangsa dan negara ini setelah sebelumnya umat Islam mengaji dengan mengkhatamkan (kalau bisa) sebanyak 300.000 kali khatam. Waktu membacanya juga ditetapkan, selepas magrib hari Sabtu (07/05) dan berakhir pada hari Ahadnya, menjelang magrib.
Timbulnya dugaan GNM adalah gawe partai politik tertentu, memang tidak bisa dimungkiri. Masyarakat secara refleks akan membuat kesimpulan bahwa GNM sebenarnya adalah cara tertentu yang dilakukan oleh partai politik tertentu untuk membangun dan memupuk pencitraan. Opini ini sulit menutupnya mengingat mulai dari pencetus ide adalah Muhaimin Iskandar sang ketua partai di Jakarta sana, sampai ke daerah yang menjadi koordinator pun adalah (kebetulan?) orang partai yang sama. Tentu saja tidak semuanyaorang-orang dari partai yang sama. Banyak juga dari non partai.
Penegasan dari semua yang terlibat (orang partai atau bukan) bahwa kegiatan GNM benar-benar adalah bagian dari ibadah kepada Allah, sesungguhnya sudah cukup untuk mematahkan anggapan keliru itu. Jelasnya, kegiatan GNM ini bukanlah kegiatan politik atau berbau politik, tapi benar-benar kegiatan keagamaan (Islam) yang dimaksudkan agar para muslim Indonesia menyempatkan dirinya untuk berdoa demi bangsa dan negara dengan terlebih dahulu membaca (mengkhatamkan) alquran. Jadi, selama kurang lebih 24 jam, 7-8 Mei 2016 atau persisnya satu hari di awal Sya'ban 1437 itu umat Islam Indonesia berkenan membaca alquran hingga khatam. Itulah motivasi yang sebenarnya dari GNM. Lebih dari itu, gerakan ini diharapkan juga mampu menggerakkan umat Islam untuk terus-menberus membaca alquran. Tegasnya, tidak ada unsur politiknya. ***
Penegasan dari semua yang terlibat (orang partai atau bukan) bahwa kegiatan GNM benar-benar adalah bagian dari ibadah kepada Allah, sesungguhnya sudah cukup untuk mematahkan anggapan keliru itu. Jelasnya, kegiatan GNM ini bukanlah kegiatan politik atau berbau politik, tapi benar-benar kegiatan keagamaan (Islam) yang dimaksudkan agar para muslim Indonesia menyempatkan dirinya untuk berdoa demi bangsa dan negara dengan terlebih dahulu membaca (mengkhatamkan) alquran. Jadi, selama kurang lebih 24 jam, 7-8 Mei 2016 atau persisnya satu hari di awal Sya'ban 1437 itu umat Islam Indonesia berkenan membaca alquran hingga khatam. Itulah motivasi yang sebenarnya dari GNM. Lebih dari itu, gerakan ini diharapkan juga mampu menggerakkan umat Islam untuk terus-menberus membaca alquran. Tegasnya, tidak ada unsur politiknya. ***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda