BREAKING NEWS

Rabu, 20 April 2016

MTQ Lomba Pahala atawa Dosa?

"BERLOMBA-lombalah kalian untuk kebaikan dan ketakwaan". Begitu kurang-lebih perintah Tuhan dalam Alquran. Artinya berlomba dan bersaing untuk kebaikan itu sangat dianjurkan. Selama persaingan itu sehat dan perlombaan itu dalam bentuk kebaikan dan manfaat untuk meraih ketakwaan kepada Tuhan, maka itu adalah sesuatu yang diperintahkan. Dengan istilah lain, tidak dilarang.

Lomba membaca alquran atau dengan sebutan familiar di telingan kita Musbaqoh Tilawatil Quran (MTQ) pada hakikatnya adalah lomba yang dapat dikategorikan dalam lomba untuk kebaikan dan ketakwaan. MTQ di negeri kita (Indonesia) yang sudah menjadi agenda tetap dari daerah paling bawah (kelurahan/ desa) hingga sampai ke tingkat nasional, sesungguhnya adalah kesempatan yang baik dan mulia pula buat masyarakat kita untuk berlomba untuk kebaikan dan ketakwaan.

Masalahnya, setiap lomba yang bernama MTQ ini usai dihelat, selalu ada berita-berita 'miring' yang seolah-olah lomba untuk kebaikan ini telah menimbulkan keburukan. Ada dosa juga di dalamnya. Seperti pasca MTQ Kabupaten Karimun (09 s.d. 14 April) kemarin, itu ternyata muncul juga berita-berita miring perihal pelaksanaan MTQ yang pelaksanaannya sangat sukses. Ada saja suara sumbang mempermasalahkan beberapa hal, khususnya perihal persayaratan peserta.

Sesungguhnya, sejak persiapan sampai pelaksanaan, masyarakat --apalagi panitia-- begitu antusiasnya. Di proses persiapan, beberapa kali diadakan rapat yang terkadang langsung dipimpin oleh bupati. Sekurang-kurangnya, dipimpin oleh Sekda. Begitulah penting dan bergairahnya persiapan MTQ Tingkat Kabupaten. Begitulah setiap tahunnya. Tapi sekali lagi, berita miring perihal pelaksanaan MTQ yang isunya terjadi penipuan dan kebohongan itu benar-benar beredar. Bahkan dalam arena Musda (Musyawarah Daerah) LPTQ berita itu mengemuka. Menyedihkan.
Malam Penutupan MTQ Kab. Karimun 2016

Lalu berita apa? Berita itu adalah tentang penipuan usia qori-qoriah sebagai peserta MTQ oleh para ofisialnya. Usia tua, dimudakan (dalam pendaftaran) agar dapat mengikuti lomba seolah-olah sesuai ketentuan. Konon, ada peserta MTQ yang ternyata sudah mempunyai baby, tapi masih ikut dikategori anak-anak.

Sesuai ketentuan yang tertuang dalam ketentuan lomba yang dikeluarkan LPTQ bahwa usia peserta MTQ untuk setiap cabang dan tingkat itu sudah ditentukan.Misalnya untuk cabang Tilawah Anak-anak, maksimal usia pesertanya (misalnya) 12 tahun. Tapi oleh ofisial tertentu, demi keinginan memenangkan lomba malah diikutkan pesderta yang usianya sudah rema. Begitu pula (misalnya) peserta remaja tapi yang ikut adalah seumur dewasa. Begitulah seterusnya.

Dewan Hakim MTQ Kabupaten 2016
Bagi hakim (dewan juri) yang ketika memberi penilaian sama sekali tidak melihat wajah pembacanya, tentu saja tidak tahu berapa umur peserta MTQ yang tengah dinilainya. Artinya, permainan kotor ini tidak bisa menjadi beban dosa para dewan hakim. Lalu? Panitialah yang paling bertanggung jawab terhadap kebohongan ini, jika benar-benar ada.

Seperti diungkapkan oleh salah seorang peserta Musda (Rabu, 13/04) itu, dia mempertanyakan kepadapimpinan Musda bahwa beredarnya isu peserta MTQ yang tidak sesuai usianya dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Di situlah peserta Musda ini menjelaskan bahwa ada peserta lomba tingkat anak-anak tapi ternyata sudah punya anak. Lalu berapa umurnya? Begitu peserta Musda ini bertanya.

Sesungguhnya isu penipuan umur pesera memang selalu muncul pada setiap MTQ dilaksanakan. Konon, kecamatan yang menginginkan kecamatannya menjadi juara (umum) misalnya, berani mendatangkan peserta lomba dari daerah lain. Dan celakanya peserta yang didatangkan ini malah umurnya sudah lewat menurut ketentuan. Tapi karena adanya rekayasa administrasi (KTP, akte, ijazah, dll) oleh ofisialnya maka umur peserta ini seolah-olah sesuai dengan ketentuan.

Tentu saja, jika isu ini benar-benar terjadi, maka niat lomba untuk mencari pahala sudah pasti berubah menjadi ladang dosa bagi panitia atau ofisial yang sengaja melakukan kecurangan tersebut. Apakah MTQ yang mulia itu akan dibiarkan terjerumus menjadi ajang pengumpul dosa? Tepuklah dada, tanyalah selera. Sudah saatnya isu itu diteliti dan jika benar, harus segera diperbaiki. Jangan karena setitik nila, malah rusak susu sebelanga. Kasian orang-orang jujur, kasian juga rakyat yang uangnya dipakai (Pemerintah) untuk membiayai MTQ tersebut.***

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

 
Copyright © 2016 koncopelangkin.com Shared By by NARNO, S.KOM 081372242221.