TANGGAL ini, 21 April 2016, 137 tahun lalu, persisnya 21 April 1879 lahir seorang wanita bernama Kartini. Lengkapnya, Raden Ajeng Kartini. Berayah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan beribu M.A. Ngasirah, bayi bernama Kartini besar di lingkungan keluarga terpandang. Meskipun terpandang, Kartini tidaklah akan bisa sama dengan perempuan 'terpandang' yang berkulit putih. Penjajah Belanda tetap membuat perbedaan antara anak-anak penjajah dengan pribumi.
Ternyata Kartini tidak mengikuti begitu saja gaya dan kebiasaan zaman itu. Setelah mendapat kesempatan bersekolah hingga usia 12-an tahun, gadis cilik Kartini harus mengikuti tradisi dipingit. Dia harus di rumah saja.Tidak bisa sekolah lagi seperti sebelumnya.
Tapi di sinilah kecerdasan Kartini terbukti. Kemajuan berpikirnya membuat dia meneruskan komunikasi dengan gadis-gadis (teman) Belanda. Dan dari kontak-kontak via surat dan beberapa tulisannya di majalah saat itu, belakangan lahirlah buku terkenal Habis Gelap Terbitlah Terang itu.
Kini Kartini sudah diikonkan sebagai wanita emansipasi. Dia adalah wanita pembaharu yang akhirnya oleh negara bahkan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Nama Kartini nsudah diidentikkan dengan wanita yang ingin maju, bukan sekadar wanita berkebaya belaka.
Lalu di mana wanita-wanita saat ini berada? Sudahkah wanita-wanita hari ini memiliki pikiran dan pemikiran maju sebagaimana dulu Kartini melakukan? Jika dewasa ini disebut sebagai abad teknologi, era IT, sejatinya wanita Indonesia hari ini mempunyai pemikiran dan gagasan jauh ke depan melebihi keadaan yang saat ini sudah ada. Tidak salah, jika wanita hari ini bertanya, "Dimanakah kami berada, dihubungkan dengan peringatan hari lahirnya Kartini yang sudah melebih satu abad ini?"
Silakan menepuk dada, menanyakan selera sendiri jika tidak ingin membiarkan Kartini berhenti berpikir. Hari ini, Kartini-kartini dengan keadaan yang jauh lebih maju berbanding era Kartini, tidak selayaknya berdiam diri. Sekolah sudah sangat tinggi atas kesempatan dan fasilitas yang ada. Tapi sudahkah pikiran dan pemikiran para Kartini ini berpikir jauh ke depan? Semoga peringatan kelahiran Kartini hari ini, tidak sekadar seremoni belaka.***
Ternyata Kartini tidak mengikuti begitu saja gaya dan kebiasaan zaman itu. Setelah mendapat kesempatan bersekolah hingga usia 12-an tahun, gadis cilik Kartini harus mengikuti tradisi dipingit. Dia harus di rumah saja.Tidak bisa sekolah lagi seperti sebelumnya.
Tapi di sinilah kecerdasan Kartini terbukti. Kemajuan berpikirnya membuat dia meneruskan komunikasi dengan gadis-gadis (teman) Belanda. Dan dari kontak-kontak via surat dan beberapa tulisannya di majalah saat itu, belakangan lahirlah buku terkenal Habis Gelap Terbitlah Terang itu.
Kini Kartini sudah diikonkan sebagai wanita emansipasi. Dia adalah wanita pembaharu yang akhirnya oleh negara bahkan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Nama Kartini nsudah diidentikkan dengan wanita yang ingin maju, bukan sekadar wanita berkebaya belaka.
Lalu di mana wanita-wanita saat ini berada? Sudahkah wanita-wanita hari ini memiliki pikiran dan pemikiran maju sebagaimana dulu Kartini melakukan? Jika dewasa ini disebut sebagai abad teknologi, era IT, sejatinya wanita Indonesia hari ini mempunyai pemikiran dan gagasan jauh ke depan melebihi keadaan yang saat ini sudah ada. Tidak salah, jika wanita hari ini bertanya, "Dimanakah kami berada, dihubungkan dengan peringatan hari lahirnya Kartini yang sudah melebih satu abad ini?"
Silakan menepuk dada, menanyakan selera sendiri jika tidak ingin membiarkan Kartini berhenti berpikir. Hari ini, Kartini-kartini dengan keadaan yang jauh lebih maju berbanding era Kartini, tidak selayaknya berdiam diri. Sekolah sudah sangat tinggi atas kesempatan dan fasilitas yang ada. Tapi sudahkah pikiran dan pemikiran para Kartini ini berpikir jauh ke depan? Semoga peringatan kelahiran Kartini hari ini, tidak sekadar seremoni belaka.***
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda